Saat ANTARA News berada di atas jok, Mio Fino terasa agak berat ketika pertama ditunggangi namun setelah gas diputar, motor yang masih mengusung mesin berkaburator (pengkabutan) itu melaju dengan stabil pada kecepatan 40-60 km/jam.

Dengan penampilan retro modern, Mio Fino lebih berkesan sebagai tunggangan untuk bergaya dibanding sebagai motor matik yang siap "berkelit" di tengah kemacetan lalu lintas.

Kesan itu terasa ketika Mio Fino akan dibawa berbelok setelah memacu akselerasi motor, kemudi seolah mejadi titik tumpuan motor sehingga manufer kurang leluasa.

Gaya yang menonjol juga terdapat pada anel kecepatan (speedometer) dan tangki bahan bakar (fuel meter) pada kemudi Mio Fino yang bentuknya mirip tabung.

ANTARA News juga sempat terkecoh dengan lampu depan yang terus menyala tanpa tahu bagaimana cara mematikan. Itulah Automatic Headlight On (AHO) yang merupakan salah satu feature Mio Fino.

Rem cakram pada roda depan dan tromol pada roda belakang terasa empuk sehingga tidak mengejutkan pengemudi ketika harus berhenti mendadak.

Hanya saja, suspensi belakang dan depan kurang lembut ketika kendaraan matik itu melintasi jalan dengan ketinggian berbeda.

Pewarta dari sebuah majalah Ibukota, Awan, mengatakan performance Mio Fino masih dapat ditingkatkan."Ketika mencobanya, saya seperti mengendarai Mio Soul," kata Awan.

Menurut Awan, putaran bawah motor dengan mesin SOHC (single overhead camshaft) itu masih mumpuni sebagai motor matik.

"Bagi saya, bagasi Fino masih relatif kecil," katanya.

Pewarta dari sebuah portal berita, Sandy, mengatakan suara mesin Fino menyerupai Mio Soul yang halus dan minim getaran.

"Ketika melewati jalan berlubang, suspensi belakang dan depan tidak terlalu empuk sehingga kenyamanan sedikit terganggu," kata Sandy.

Mio Fino dengan tiga desain pilihan yaitu Fashion, Classic, dan Sporty.