Penjagaan diperketat menyusul isu akan adanya bentrok susulan setelah seorang dikabarkan meninggal dunia karena terkena anak panah pada dadanya.

Ratusan petugas itu didatangkan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 1306 Donggala, Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu, Brimob Polda Sulawesi Tengah, serta dari Kepolisian Resor Donggala.

Komandan Kodim 1306 Donggala Letnan Kolonel (Inf) Rudy Wahyudiono mengatakan, pengerahan personel TNI itu dimaksudkan untuk membantu proses pengamanan pascabentrok antarwarga kedua desa.

"Jika situasi dinilai aman dan kondusif maka pasukan TNI akan menarik diri," katanya.

Bentrokan antarwarga itu terjadi ketika sejumlah warga Desa Watunonju menyerang petani asal Desa Oloboju yang sedang mengambil air di daerah perbatasan kedua desa.

Penyerangan oleh warga Desa Watunonju dengan berbagai senjata di antaranya panah, menyebabkan Lasiama (66) tewas.

Bentrok tersebut juga melukai sejumlah orang karena terkena lemparan batu, senjata tajam, serta terkena tembakan senapan angin.

Kondisi di perbatasan kedua desa saat ini dilaporkan kondusif meski masih ada sejumlah kerumunan massa.

Sementara itu, Kepolsian Daerah Sulawesi Tengah sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengetahui kronologis kejadian.

Polisi juga telah memeriksa sejumlah saksi terkait bentrokan yang menyebabkan tewasnya seorang warga itu.

Korban bentrokan telah dimakamkan keluarga disaksikan Bupati Sigi Aswadin Randalembah dengan kawalan petugas keamanan.

Bupati Aswadin meminta warganya tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu penyerangan sehingga membuat situasi semakin tidak aman.

Dia juga meminta warga untuk percaya sepenuhnya kepada petugas keamanan agar bisa menemukan pelakunya.

Di Kabuapten Sigi sering terjadi tawuran antarwarga. Pada akhir 2011, bentrokan serupa juga terjadi di Desa Pakuli, Kecamatan Kulawi, Sigi, yang menewaskan satu orang.