Kudus (ANTARA) - Keberhasilan sebuah produk tidak hanya ditentukan oleh ketenaran produknya, seperti halnya McDonald's sebagai brand global produk ayam goreng tepung yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu, juga memadukan kearifan lokal sebagai daya tarik konsumen sekaligus keberlangsungan usaha.

Perpaduan budaya lokal dari brand global tersebut, bisa dilihat dari adaptasi menu sesuai selera lokal. Jika selama ini merek global tersebut hanya menjual ayam goreng tepung dan kentang goreng, tetapi saat ini juga menciptakan menu khusus yang sesuai dengan preferensi lokal. 

Menu lokal yang ditawarkan, mulai dari nasi uduk, ayam kremes sambal uleg, burger rendang, hingga ayam geprek. Keseluruhan menu ini dibuat untuk masyarakat Indonesia dengan budaya memakan nasi dan sambal. Inovasi yang dilakukan juga mencerminkan bahwa brand global ini melihat pasar dan budaya dapat berjalan beriringan dengan salah satu karakteristiknya yaitu budaya sebagai material.

Karena penduduk di Indonesia mayoritas Muslim, maka semua bahan juga dijamin kehalalannya. Paduan kearifan lokal tanpa daging sapi juga ditunjukkan di India untuk menghormati kepercayaan Agama Hindu.

Budaya didefinisikan sebagai pengetahuan tentang kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan untuk melayani secara langsung perilaku konsumen dari anggota masyarakat khusus. Budaya juga disebutkan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi mempelajari pola perilaku dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota masyarakat. 

Perspektif pemasaran global menekankan kesamaan konsumen diseluruh dunia dan merupakan lawan dari strategi pasar lokal yang menekankan perbedaan konsumen pada bangsa-bangsa berbeda beserta orientasi budaya mereka (Chesoh, 2016).

Budaya mempengaruhi cara perusahaan beroperasi dalam bisnis internasional, cara masyarakat menerima produk, dan cara bisnis dilakukan. 

Oleh karena itu, pemahaman budaya yang mendalam menjadi kunci untuk memahami bagaimana bisnis internasional beroperasi dan bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan strategi mereka dengan kebudayaan setempat.

Bagaimana budaya mempengaruhi cara bisnis dilakukan, cara masyarakat menerima produk, dan bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan strategi mereka dengan kebudayaan setempat. 

Pentingnya memahami budaya yang ada di setiap Negara khususnya bagi perusahaan internasional, agar produk yang dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen di Negara tersebut. Jika perusahaan tidak memahami budaya di setiap negara maka dapat dipastikan produk akan gagal di pasaran.

McDonald's merupakan contoh bagaimana merek global ini bisa menghargai budaya lokal tanpa kehilangan identitas internasionalnya. Kunci suksesnya adalah adaptasi tanpa kehilangan esensi brand. Menjadi bagian dari komunitas lokal, bukan sekadar pendatang. 

Secara keseluruhan, McD Indonesia merupakan contoh sukses dari glokalisasi, yang menunjukkan bahwa jaringan restoran cepat saji global dapat beradaptasi dengan budaya lokal dengan melakukan inovasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, yaitu memperkuat citra lokal dan meningkatkan bisnis global secara keseluruhan.

Pendekatan multikultural dalam konteks bisnis global seperti Mcdonald's juga mempertimbangkan secara mendalam nilai-nilai lokal yang berkembang di masyarakat. Strategi glocalization merupakan globalisasi yang berakar pada lokalitas, dapat menjadi kunci dalam menciptakan produk atau layanan yang relevan secara budaya dan tetap mempertahankan identitas merek global. 

Bakso merupakan tradisi kuliner Tionghoa, namun mengalami proses dari akulturasi dengan budaya lokal Indonesia. Kini bakso menjadi bagian dari identitas kuliner nasional. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu elemen asing bisa diterima luas ketika dibaurkan dengan budaya lokal.

Demikian halnya, McDonald's telah mempraktikkan pendekatan serupa dengan menyisipkan unsur budaya lokal seperti nasi uduk, sambal, ayam geprek dalam daftar menunya di Indonesia. 

Penulis mendorong agar praktik seperti ini tidak hanya dilihat sebagai strategi pemasaran, tetapi sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai lokal dan cara membangun koneksi budaya yang lebih bermakna dengan konsumen. Budaya lokal berpotensi menciptakan rasa memiliki dan loyalitas yang lebih kuat di kalangan masyarakat. 

Penulis menekankan pentingnya pendekatan multikultural yang tidak berhenti pada adaptasi permukaan, tetapi menggali kedalaman nilai dan simbol budaya lokal dalam membangun relasi yang lebih dalam.

*) Dhiya' Almirra Azzahra, mahasiswa Program Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.