Magelang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (DInkes) Kota Magelang melakukan intervensi konvergensi dalam penanganan kasus stunting, berupa pendekatan lintas sektor yang mencakup, antara lain penanganan gizi, kesehatan, lingkungan, dan edukasi.

Kepala Dinkes Kota Magelang dr Istikomah dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Rabu, mengatakan tidak semua anak stunting dengan penyebab yang sama. Penyebab stunting, antara lain terkait dengan gizi buruk, penyakit kronis, dan sanitasi buruk.

"Karena itu kami lakukan asesmen terlebih dahulu untuk menentukan jenis intervensinya," kata dia.

Ia mengatakan pelaksanaan intervensi, seperti pemberian makanan tambahan, pemeriksaan kesehatan, perbaikan akses air bersih, edukasi pola asuh, dan rujukan medis jika dibutuhkan. 

Selain itu, katanya, program tanggung jawab sosial perusahaan berasal dari sektor swasta turut digalang untuk membantu memenuhi kebutuhan anak-anak stunting.

Ia mengatakan hal itu pada pelaksanaan program "Wali Kota Merangkul", sebagai ruang interaktif antara kepala daerah dan warga, khususnya para orang tua, untuk berdialog, belajar bersama, dan mencari solusi atas berbagai tantangan pengasuhan dan sebagainya.

Program itu digelar rutin sesuai tema atau isu strategis lainnya di wilayah setempat, sedangkan pada kegiatan di Pendopo eks-Balai Pendidikan dan Latihan Keuangan (BPLK) Kementerian Keuangan di kawasan Alun-Alun Kota Magelang, Selasa (29/7), dengan tema "Kelas Orang Tua Hebat Bersama Wali Kota Bergerak Bersama Mencegah Stunting".

Kegiatan dengan peserta antara lain para orang tua, pendamping, dan kader posyandu itu, dihadiri Wali Kota Magelang Damar Prasetyono sebagai narasumber utama, Wakil Wali Kota Magelang dr Sri Harso, Ketua TP PKK Kota Magelang Nanik Damar Prasetyono, Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang dr Istikomah, dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

Istikomah mengatakan pencegahan stunting tetap menjadi strategi utama, sedangkan untuk kasus yang sudah terjadi diterapkan intervensi konvergensi itu. 

Secara nasional, prevalensi stunting mencapai 19,8 persen, sedangkan Kota Magelang 15,3 persen atau 512 anak.

Wali Kota Damar mengatakan pemkot setempat melakukan berbagai intervensi dan mengerahkan semua sektor untuk menekan angka stunting.  

"Kami mendorong intervensi model keroyokan. Setiap OPD, pelaku usaha, dan warga harus ikut serta," katanya.

Anak-anak berpotensi stunting, katanya, akan dikelompokkan berdasarkan wilayah atau kelurahan masing-masing untuk mempermudah penanganan secara cepat, sedangkan pendataan secara detail dilakukan terhadap balita, ibu menyusui, dan ibu hamil sebagai kelompok sasaran utama.

Data itu, katanya, penting untuk mempermudah intervensi status gizi secara spesifik di suatu wilayah oleh puskesmas, posyandu, dan pendamping.

Ia juga menekankan pentingnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Masyarakat diharapkan saling memperhatikan kondisi anak-anak dan ibu hamil di sekitarnya serta segera melapor kepada petugas jika ditemukan tanda-tanda stunting.

Selain itu, katanya, peran bapak diperlukan dalam merawat tumbuh kembang anak.