"Cadangan devisa Indonesia lebih dari 100 miliar dolar AS sehingga relatif kecil bila pemerintah mengalokasikan satu miliar dolar AS ke IMF. Indonesia yang masuk G-20 dipandang oleh IMF layak menjadi bagian dari solusi atas krisis di Eropa," katanya di Semarang, Selasa.

Menurut dia, istilah yang lebih pas bukan utang, melainkan penyertaan modal ke IMF karena Indonesia menjadi anggota IMF.

Sebelumnya Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, IMF membutuhkan 430 miliar dolar AS untuk menginjeksi kasnya guna mengatasi kesulitan keuangan yang melanda sejumlah negara di Eropa.
Akan tetapi, Hatta mengingatkan, uang tersebut jangan dihabiskan di Eropa, namun juga untuk mengatasi masalah di Afrika dan negara miskin lainnya.

Nugroho menegaskan, penyertaan modal sebesar satu miliar dolar AS itu tidak bakal mengganggu keamanan cadangan devisa nasional yang saat ini sekitar 110 miliar dolar AS.
"Dampaknya relatif kecil, namun di mata internasional kesediaan tambahan penyertaan modal satu miliar dolar AS ke IMF itu memberi pencitraan positif bagi Indonesia. Sebagai anggota G-20, kita layak memberi tambahan penyertaan modal ke IMF," katanya.

Salah satu hasil pertemuan KTT G-20 di Los Cabos, Meksiko, negara peserta menyatakan komitmen untuk mendukung ketersediaan sumber keuangan yang cukup bagi IMF dalam menjalankan fungsi pengawasan (surveillance) globalnya.

Menurut Nugroho, suatu saat jika Indonesia mengalami krisis seperti terjadi pada 1998, IMF kemungkinan akan memberi prioritas kepada Indonesia yang dinilai telah menjadi salah satu negara yang ikut menyelamatkan perekonomian global saat ini.

Dosen Fakultas Ekonomi Undip tersebut mengatakan bahwa, krisis ekonomi yang bermula dari Yunani kemudian merembet ke sejumlah negara di Eropa, belakangan ini mulai menular ke negara-negara di luar kawasan Eropa.

Ia menunjukkan gejala mulai terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara, seperti di China. "Ekspor Indonesia dalam dua bulan terakhir ini juga cenderung menurun, meskipun pertumbunan ekonomi masih di atas enam persen," katanya.

Menurut dia, bila krisis keuangan di Eropa tidak segera teratasi dikhawatirkan akan merembet ke sektor riil, yang pada gilirannya akan melambatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pengangguran.

"Krisis keuangan mungkin lebih banyak dirasakan orang-orang kaya yang bermain di portofolio finansial. Namun kalau krisis itu merembet ke sektor riil, semua orang akan merasakan dampaknya, terutama membengkaknya angka pengangguran," katanya.

Seperti halnya pertumbuhan pada 2011, menurut Nugroho, perekonomian Indonesia pada 2012 juga bakal lebih banyak didorong oleh kuatnya konsumsi domestik sehingga krisis yang terjadi di Eropa tidak bakalan cepat merembet ke negeri ini.