Saat ini terdapat empat bakteri yang tergolong resistan terhadap antibiotik--disebut dengan Multi Drug Resistant (MDR). Bakteri tersebut adalah E.Coli, Staphylococcus sp., Enterobacter sp., dan Proteus sp.

"Kami mencari simbion-simbion, jamur maupun bakteri dari berbagai invertebrata, sponge, dan karang lunak," kata Ocky Karna Radjasa, peneliti tamu di Eijkman Institute. Ocky menjelaskan yang dimaksud simbion adalah makhluk hidup yang hidupnya bergantung dengan makhluk hidup lain.

Gen yang ditemukan dari simbion-simbion itu kemudian ditransfer ke organisme pembawa (vektor). Organisme vektor yang awalnya tidak memiliki kemampuan melawan MDR akan memiliki gen baru sehingga bisa melawan MDR.

Ocky menjelaskan bahwa pengembangan dengan menggunakan simbion dipilih karena ramah lingkungan--mengingat organisme invertebrata tumbuh secara lambat, dalam setahun hanya 1 hingga 2 sentimeter.

"Kalau kita mau budidaya, hal itu lambat dan butuh lahan. Sebanyak apapun pertumbuhannya, hasilnya sedikit," jelasnya.

Ia membandingkan jumlah yang harus diambil dengan menggunakan bakteri dan jamur simbion.

"Kalau mengambil bakteri simbion, hanya butuh 5 gram. Dipotong kemudian dijadikan sumber untuk isolasi," katanya.

Peneliti telah mengambil 301 sampel dari Karimunjawa dan Raja Ampat, 20 di antaranya potensial dijadikan produsen senyawa.

"13 dari 20 sampel menunjukkan aktivitas yang signifikan untuk melawan MDR," kata Chelzie Crenna Darusallam dari Eijkman Institute.

Saat ini penelitian telah memasuki tahap pemurnian jamur dan bakteri yang potensial melawan MDR. Pemurnian dilakukan di kampus UCSC.

"Targetnya tiga tahun ke depan sudah dapat menghasilkan lead compound, suatu struktur kimia yang memiliki aktivitas biologis tetapi belum cukup jadi obat," demikian Ocky.