"Ketika Anda masuk ke dalam toko, di mana lebih dari 90 persen transaksi ritel terjadi, itu seperti tempat yang (di mana konsumen) terjebak waktu. Kemungkinan ponsel membawa web ke toko sangatlah mengganggu," kata Wakil Presiden Mobile and Digital Walmart Global eCommerce, Gibu Thomas, seperti dilansir CNET.

Pernyataan Thomas tentang kemungkinan ponsel membawa web ke toko merujuk pada perilaku konsumen ritel AS yang seringkali berbelanja online di toko perusahaan lain melalui ponsel-ponsel pintar mereka justru ketika berkeliaran di koridor-koridor Walmart.

Maka, Walmart memasang strategi totalitas dengan ponsel pintar, dan bukan belanja online melalui ponsel sebagai pilihan berbelanja langsung.

Walmart kemudian mengembangkan aplikasi berbelanja di platform sistem operasi Apple (iOS) dan memajangnya di AppStore dan akan menyusul aplikasi di platform Android.

Aplikasi Walmart di iOS itu mempunyai fitur in-store mode yang menjadi kunci agar konsumen yang datang ke toko itu tetap berbelanja di Walmart, bahkan ketika barang yang mereka inginkan tidak berada di toko itu.

"Jika Anda memilihnya, Walmart akan menggunakan lokasi Anda untuk sediakan aplikasi yang di-desain khusus di toko itu, demikian pula untuk toko Walmart lain," sebut Paul Sloan dari CNET.

Aplikasi itu disebut mempunyai peta interaktif yang memberikan petunjuk lokasi barang, fitur input daftar barang belanja dengan suara, fitur pemindai barang sehingga mempercepat transaksi di kasir, dan promosi-promosi di toko tersebut.

Walmart menyebut pada minggu ke dua setelah fitur in-store mode dalam aplikasi itu diluncurkan sebanyak 60 persen konsumennya menggunakan fitur itu.

Selain itu, 12 persen dari penjualan online Walmart berasal dari konsumennya yang berada di dalam toko dan pakai fitur in-store mode.

"Walmart tidak seksi untuk dibahas di Silicon Valley. Tapi, kami punya 140 juta konsumen tiap minggu di AS. Itu adalah skala Internet dalam dunia offline," kata Thomas.