Delegasi Swedia, Virpi Pakinen, di Solo, Kamis, mengatakan, dirinya bangga bisa datang ke Solo ikut memeriahkan ajang seni budaya tradisional yang sudah dikenal di tingkat internasional tersebut.

"Saya sering datang ke Solo melihat SIPA. Saya akan menampilkan tarian bertema laba-laba," kata Virpi Pakinen, salah seorang penari tunggal paling sukses di Swedia.

Menurut dia, dirinya mempelajari musik klasik dan skating sebelum berkonsentrasi pada tarian laba-laba tersebut. Penari dan koreografer yang berbasis di Stockholm akan menampilkan tarian gerakan klasik dan keras.

"Saya memang berkolaborasi dengan musisi asal Jepang. Saya bekerja sebagai penari sehingga persiapan sudah dilakukan sejak lama. Tarian laba-laba itu diciptakan dua tahun lalu," katanya.

Menurut dia, dirinya tidak tahu bagaimana menceritakan gerakan tarian yang akan disuguhkan kepada para penonton, tetapi mereka dipersilakan mengartikan gerakannya dengan bahasa tubuh itu.

Di tempat sama, utusan India, Kiran Rajagopalan, merupakan salah satu penari muda terkemuka tari klasik India Selatan (Bharatanatyam).

Bharatanatyam merupakan bentuk tarian solo, di mana satu orang memberlakukan beberapa karakter menggunakan bahasa halu tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan tangan. Bharatanatyam juga merupakan tari tradisional dan karya tari-teater yang menceritakan legenda asal India.

Menurut dia, dirinya merasa senang bisa datang ke Solo Indonesia ikut memeriahkan performens SIPA tahun ini.

Dirinya akan menampilkan sebuah karya tari tradisional India, tentang cerita lahirnya Bharata dengan diiringi musik asli di daerahnya.

"Saya bisa tampil di SIPA, karena saya ditawari panitianya. Saya saat tampil di Yogyakarta, panitia SIPA melihat dan saya ditawari untuk tampil di Solo," katanya.
Delegasi Japang dalam SIPA ke-5 tersebut akan menampilkan Dance Theatre Ludens, yang merupakan sebuah kelompok tari yang akan menampilkan tarian berjudul "The Rite of Spring", di mana tujuh penari perempuan menyajikan karya musik legendaris milik Igor Stravinsky yang berjudul "The Rite of Spring".

Karya tersebut memiliki tema khusus yakni proses ketika seorang gadis menjadi wanita dewasa, keberanian, bahaya, kepercayaan dirikerapuhan, keinginan untuk kemerdekaan, ketergantungan untuk kelompok.

"Karya ini, merupkan versi modern yang tercermin pada sosok seorang wanita muda yang hidup dalam masyarakat Jepang Modern," kata Takiko Luabuchi, delegasi Japang.

Ia menjelaskan, dirinya sangat bangga bisa tampil di SIPA, karena pagelaran seni budaya tradisional di Solo ini sudah sangat dikenal di masyarakat internasional.

Menurut dia, tarian tersebut biasanya ditampilkan oleh penari laki-laki dan perempuan, tetapi pada SIPA di Solo, kelompok penari Jepang akan menampilkan tujuh penari perempuan masih gadis.

"Kelompok penari yang akan tampil dalam SIPA ini, sama alumni dari sebuah perguruan tinggi di Jepang, terbentuk dua tahun lalu. Kami berharap penampilannya dapat memuaskan penonton di Solo," kata Takiko Luabuchi.