"Secara visual dentuman itu masih sering terjadi, tercatat 24 kali dentuman, sedangkan kemarin hanya 18 kali. Artinya frekuensinya masih meningkat," kata Subandriyo saat melakukan pemantauan di Pos Babadan Kabupaten Magelang, Jateng, Kamis.

Ia mengatakan, barang kali di dalam tubuh Merapi tekanan gasnya masih tinggi, itulah yang menyebabkan suara-suara dentuman sampai saat ini masih terjadi.

"Sampai saat ini masih sering terjadi dentuman, sebagaimana saya jelaskan sebelumnya bahwa terjadinya letusan minor atau hembusan pascaerupsi 2010 yang berperan penting adalah faktor tingginya pelepasan gas," katanya.

Menurut dia, dentuman itu berkaitan dengan proses turbulensi gas di dalam pipa kepundan Merapi yang sangat dalam, lebih dari tiga kilometer. Dalam tekanan tinggi terjadi turbulensi dan ada benturan material padat di dalamnya.

"Jadi reruntuhan dinding di kanan kiri gas berproses sehingga menimbulkan suara dentuman yang terus-menerus sampai sekarang," katanya.

Ia mengatakan, kalau melihat sejarah Merapi yang tercatat memang berbeda karakteristik pascaerupsi 2010 dengan 2006. Sebelum 2006, pascaerupsi proses yang terjadi biasanya hanya guguran lava pijar, kadang-kadang ada awan panas kecil, tetapi pascaerupsi 2010 yang keluar letusan-letusan minor atau hembusan.

"Bedanya kalau dulu ada kubah lava yang permukaannya tidak stabil sehingga kalau ada tekanan cukup kuat dari dalam melongsorkan material padat tetapi kalau sekarang dominan gas tekanannya tinggi yang keluar adalah letusan-letusan minor dengan membawa material lama sampai saat ini yang kami selidiki seperti itu hasilnya," katanya.