Logo Header Antaranews Jateng

Pengrajin Manfaatkan Drum untuk Dandang Ronde

Selasa, 29 September 2015 20:30 WIB
Image Print
Ilustrasi. (Sumber: antaranews.com)
Giyanto (55), pengrajin di Pasar Kabangan Solo, Selasa, menyebutkan ada puluhan pengrajin di pasar itu yang memanfaatkan drum bekas untuk dibuat dandang yang biasa untuk tempat jualan minuman khas wedang ronde.

Menurut dia, kebanyakan pengrajin tersebut berasal dari Cawas Klaten, tetapi mereka sudah menetap di Kota Solo untuk menekuni usaha ekonomi kreatif seperti dandang ronde, loyang untuk roti, tempat untuk merebus air atau "ceret" dan sebagainya.

Namun, pengrajin dengan memanfaatkan bahan baku limbah drum cukup menjanjikan karena selain stok barang tersedia cukup juga kualitasnya lebih kuat dan harganya terjangkau.

"Saya untuk bahan baku drum bekas ini, tidak masalah karena mendapat pasokan dari pelanggan. Setiap drum bekas ini, harganya sekitar Rp70 ribu," katanya.

Menurut dia, setiap drum tersebut dapat untuk membuat dua buah dandang ronde dan harga jualnya antara Rp110 hingga Rp170 ribu per buah sehingga untungnya sekitar Rp150 ribu atau untuk angkos tenaga bagi pengrajin.

Giyanto menekuni bisnis tersebut sudah sejak 30 tahun yang lalu, dan mereka mengajak sanak saudara, teman dan tetangga di Cawas Klaten untuk mengikuti jejaknya di Solo.

Menurut dia, untuk memroduksi dandang ronde tersebut dengan ukuran 30 x 30 centimeter dengan panjang sekitar 50 cm. Kemampuan produksi rata-rata sekitar 20 buah per bulan.

Pengrajin lainnya Didit (21) mengatakan bahwa pihaknya selain memproduksi dandang ronde dengan bahan baku drum juga menerima pesanan dari bahan lain seperti aluminium dan stainless.

Namun, kata dia, harga dandang dengan bahan aluminium atau stainless lebih mahal dibanding drum yang selisihnya sekitar Rp50 ribu hingga Rp75 ribu per buah.

"Saya selain membuat dandang ronde, juga memproduksi loyang untuk roti dengan bahan baku aluminium. Karena, bahan baku lebih mahal, sehingga harga barang produksinya akan menyesuaikan," katanya.

Menurut dia, hasil kerajinan loyang tersebut mulai ramai pesanan ketika menjelang Lebaran, dan menjualan bisa mencapai sekitar 500 buah per bulan. Namun, pesanan hari-hari biasa paling hanay sekitar 40 per bulan.

Menurut dia, harga loyang roti tersebut bervariasi mulai dari Rp10 ribu hingga Rp100 ribu per buah tergantung kualitas dan ukuranya.

Menyinggung soal bahan baku aluminium, Didit menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak begitu berpengaruh karena hanya mengalami kenaikan harga sekitar Rp5.000,00 per lembar sehingga menjadi Rp17r ribu per lembar.

Kendati demikian, pihaknya berharap adanya bantuan pemerintah seperti dana pinjaman bunga lunak sebagai modal untuk meningkatkan usahanya. Pengrajin akan meningkatkan produksi dengan membeli alat-alat lebih modern, tetapi mereka tidak ada modal.

Pewarta :
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024