Logo Header Antaranews Jateng

Kain Cual Cenderamata Khas Babel Kian Mendunia

Sabtu, 12 Maret 2016 17:35 WIB
Image Print
Perajin menyelesaikan proses pembuatan kain cual khas Bangka di Galeri Kain Cual Ishadi, Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Rabu (9/3). Kain Cual merupakan kain tradisional khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan corak flora fauna serta motifnya
Tidak jarang produk makanan maupun kerajinan khas tersebut sebagai ikon daerah yang selalu diburu oleh para tamu atau pengunjung yang datang ke daerah tersebut.

Provinsi Bangka Belitung yang selama ini dikenal sebagai penghasil timah, daerah itu juga memiliki produk kerajinan tenun tradisinal berupa kain cual.

Salah satu produsen kain cual adalah Ishadi Gallery & Handicraft Centre di Jalan A. Yani Nomor 46 Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.

Pemilik Ishadi Gallery & Handicraft Centre, Isnawaty Hadi, mengatakan kain cual telah ada beberapa abad yang lalu digunakan oleh kalangan bangsawan di Muntok. Namun kemudian kerajinan tradisional itu sempat hampir punah.

Sering dengan berdirinya Provinsi Bangka Belitung, kain tenun itu dikembangkan lagi sebagai salah satu produk khas di daerah tersebut.

Isnawaty mengatakan ide pengembangan kain cual muncul dari almarhum suaminya, seorang kontraktor yang peduli terhadap budaya daerahnya.

"Kalau Bangka Belitung menjadi provinsi tersendiri maka harus mempunyai ciri khas dari daerah ini, maka dengan bantuan pemerintah daerah kami mengembangkan kain cual yang merupakan peninggalan nenek moyang ini," katanya.

Kain tenun cual khas Bangka itu sekilas mirip dengan songket Palembang, namun terdapat perbedaan, terutama dari motif tenunannya serta pada benang emasnya, kain cual yang menggunakan benang emasnya lebih sedikit dibandingkan dengan kain songket.

"Motif kain cual lebih pada corak flora dan fauna," katanya saat menerima rombongan Humas dan wartawan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang dipimpin Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi.

Isnawaty menyebutkan motif kain cual, antara lain burung hang, bebek, kembang gajah, bunga china, dan kupu-kupu.

Ia mengatakan bahan kain cual dari benang sutra dan benang emas yang diimpor dari India dan Tiongkok.

Harga kain cual bervariasi, antara Rp3 juta hingga Rp18 juta per lembar, tergantung kualitas barang.

"Kain berkualitas halus menenunnya tentu lebih susah sehingga harganya juga lebih mahal," katanya.

Ia menuturkan pemasaran kebanyakan masih melayani permintaan lokal atau tamu-tamu dari luar kota biasanya membeli untuk suvenir.

Namun, ada juga permintaan dari luar negeri, seperti Malaysia dan Belanda.

Selain memproduksi, Ishadi Gallery & Handicraft Centre juga memiliki koleksi puluhan kain cual kuno yang berumur lebih dari 100 tahun.

Guna melestarikan koleksi kain cual kuno tersebut, pihaknya berencana mendirikan museum di samping Gallery & Handicraft Centre.

"Kami berencana mendirikan museum untuk menyimpan koleksi kain cual kuno, dalam waktu dekat kami akan studi banding ke Museum Batik Danar Hadi di Solo," katanya.

Kepala Bidang UMKM Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kota Pangkalpinang Ridwan mengatakan pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap UMKM termasuk perajin kain cual.

"Kami selalu melakukan kegiatan promosi dan pembinaan. Promosi dengan menyelenggarakan pameran termasuk jika ada undangan dari daerah lain kami selalu pamerkan produk UMKM tersebut," katanya.

Terkait dengan pembinaan, katanya, dengan memberi motivasi kepada mereka supaya meningkatkan kualitas maupun kuantitas.

"Kain cual dalam sejarahnya dulu hanya digunakan para bangsawan Muntok, namun kemudian dikembangkan masyarakat dan kini sudah 'go international'," katanya.

Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi mengatakan Temanggung sebenarnya mempunyai potensi seperti Kota Pangkalpinang, karena memiliki batik mbako, kerajinan batok, sepeda bambu, dan radio kayu.

"Artinya secara perorangan saja mereka bisa 'go international'," katanya.

Menurut dia, kendala di Temanggung memang pengunjungnya belum ada.

"Di Temanggung barangnya mungkin tersedia tetapi pengunjung atau orang yang tertarik ke Temanggung itu yang menjadi tantangan. Bagaimana kami bisa mendatangkan orang masuk Temanggung, ini tantangan kami," katanya.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024