Logo Header Antaranews Jateng

Ruwat-Rawat Borobudur Dekatkan Candi Borobudur-Budaya Pertanian

Rabu, 8 Maret 2017 18:32 WIB
Image Print
Sucoro, Pendiri Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur, Kabupaten Magelang, penyelenggara agenda seni budaya "Ruwat-Rawat Borobudur". (Foto: ANTARAJATENG.COM/Hari Atmoko)
Borobudur, ANTARA JATENG - Agenda rutin Ruwat-Rawat Borobudur yang pada 2017 sebagai tahun ke-14 untuk mendekatkan warisan budaya dunia Candi Borobudur itu dengan budaya pertanian masyarakat di kawasannya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kata penanggung jawab panitia kegiatan Sucoro.

"Budaya masyarakat pertanian di kawasannya ini satu rangkaian dengan keberadaan Candi Borobudur, tidak terpisahkan," kata Sucoro yang Penanggung Jawab Panitia 14 Tahun Ruwat-Rawat Borobudur itu, di Magelang, Rabu.

Rangkaian agenda seni budaya bertajuk "14 Tahun Ruwat-Rawat Borobudur" diselenggarakan Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, termasuk kelompok-kelompok masyarakat petani di desa-desa dan kawasan gunung di Kabupaten Magelang yang selama ini sebagai pelestari kesenian tradisional desa masing-masing.

Agenda kegiatan yang antara lain berupa pementasan kesenian rakyat, safari budaya ke sejumlah desa di kawasan Candi Borobudur, seminar budaya dan pariwisata, loka karya seni tradisi, kirab budaya memperingati Hari Warisan Budaya, pementasan Sendratari Kidung Karmawibangga, dan pawai budaya sebagai puncak "14 Tahun Ruwat-Rawat Borobudur" itu, selama sekitar tiga bulan, mulai 9 Maret hingga 21 Mei 2017.

Ia menyebut tema kegiatan tersebut pada tahun ini "Memetri Candi Nguri-Uri Tradisi" yang kira-kira terjemahannya "Merawat Candi Melestarikan Tradisi".

"Supaya perkembangan pariwisata Borobudur juga bisa seiring dengan pelestarian tradisi budaya pertanian di kawasan Candi Borobudur. Karena selama ini terkesan pertanian dan budayanya tidak tersentuh dalam upaya mengembangkan pariwisata," kata Sucoro yang juga pendiri Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur, bergerak dalam upaya-upaya pelestarian tradisi dan budaya berkesenian di Borobudur dan kawasannya.

Ia menyebut pemberdayaan masyarakat untuk kepentingan pengembangan pariwisata kawasan Candi Borobudur juga harus menyentuh budaya pertanian setempat.

Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa agenda tahunan "Ruwat-Rawat Borobudur" selama ini telah turut berperan dalam memperkuat kesadaran masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan atas pariwisata Borobudur, terhadap pentingnya kearifan lokal masyarakat desa-desa di kawasan Candi Borobudur untuk terus dijaga.

"Makin terbuka kesadaran bahwa ada benang merah antara budaya, kearifan lokal masyarakat Borobudur dengan kawasannya dan perkembangan pariwisata," katanya.



Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024