Logo Header Antaranews Jateng

Ketua STIKOM: Tidak Perlu Saling Menjatuhkan dalam Politik

Minggu, 1 Oktober 2017 11:48 WIB
Image Print
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si. (Foto: ANTARAJATENG.COM/dok. pribadi)
Alangkah indahnya bila komunikasi politik antarelite itu terjadi bak pertandingan olahraga ...
Semarang, ANTARA JATENG - Sesama politikus tidak perlu saling menjatuhkan ketika melakukan komunikasi politik, tetapi lebih baik menyampaikan keunggulan masing-masing, kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si. di  Semarang, Minggu.

Gunawan mengemukakan hal itu ketika merespons "Aksi 299" di Gedung DPR/DPD/MPR RI, Jakarta, Jumat (29/9).

Aksi 299 yang menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan kebangkitan PKI.

"Tanpa harus malu-malu para elite bisa mencontoh iklan merek sepeda motor, antara lain, berbunyi `lebih baik naik Vespa`, `Yamaha nomor satu di dunia`, `Honda lebih unggul`, dan `Suzuki inovasi tiada henti`," katanya.

Dalam pesan iklan tersebut, lanjut dia, masing-masing merek kendaraan saling menyampaikan keunggulannya, tanpa menjatuhkan merek lain pesaingnya.

Dari sisi komunikasi, katanya lagi, petahana seolah memperoleh keuntungan karena kinerjanya akan berkata lebih nyaring daripada wacana dari para penantangnya.

Namun, pengetahuan para penantang terhadap keinginan aktual masyarakat, menurut dia, sebenarnya bisa menjadi peluang untuk menyampaikan pesan menarik yang sedang mereka cari, bahkan tidak jarang sang penantang dapat memenangkannya.

"Para elite tentu ingat pesan para leluhur yang sangat adiluhung, seperti ngluruk tanpo bolo atau menang tanpo ngasorake," katanya.

Pesan tersebut mengingatkan bahwa dalam sebuah kompetisi, seperti pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan umum presiden, dan pemilu anggota legislatif, ada yang menang dan ada yang kalah.

Menurut dia, yang penting adalah menjaga agar yang kalah tidak merasa terzalimi sehingga sakit hati atau dendam.

"Alangkah indahnya bila komunikasi politik antarelite itu terjadi bak pertandingan olahraga yang dengan semangat persatuan akhirnya menghasilkan pemenang kompetisi. Mereka pun saling peluk, saling rangkul, dan bahu-membahu mewujudkan cita-cita bersama," kata Gunawan.

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024