Logo Header Antaranews Jateng

BPTP Jateng Sosialisasikan "Jarwo Super"

Rabu, 20 Desember 2017 07:02 WIB
Image Print
Ambarawa, ANTARA JATENG - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah terus menyosialisasikan inovasi bernama "Jarwo Super" untuk mendongkrak produktivitas tanaman padi.

"Seiring dengan bioteknologi, inovasi harus terus dilakukan tiada henti," kata Kepala BPTP Jateng Harwanto, saat panen raya di Desa Pojoksari, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng, Selasa.

"Jarwo Super", kata dia, merupakan singkatan dari sistem tanam padi jajar legowo dengan ikutan lima komponen teknologi, antara lain bioprotektan, organik dan nabati.

Menurut dia, hasil dari inovasi sistem tanam "Jarwo Super" di wilayah Jateng yang sudah diterapkan di 1.030 hektare sangat menggembirakan, yakni produksi rata-rata lebih dari tujuh ton per hektare.

"Jadi, ada lima komponen teknologi yang kami terapkan di `Jarwo Super`. Inovasi ini sudah diterapkan di delapan kabupaten, di antaranya Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Sragen, Pati dan Batang," katanya.

Untuk nasional, kata dia, inovasi sistem tanam "Jarwo Super" sudah diterapkan di delapan provinsi dengan lahan seluas 10.000 ha, sementara di Jateng sudah tercapai di 1.030 ha.

Ia mengatakan inovasi sistem tanam "Jarwo Super" di Jateng dipadu dengan teknologi menggunakan varietas Inpari 33 yang terbukti sangat tahan yang sudah dimulai sejak setahun lalu.

Sebenarnya, kata dia, hasil dari sistem tanam itu sangat baik untuk mendongkrak produktivitas pertanian, apalagi jika diterapkan dalam skala yang lebih luas.

"Ya, memang bagaimana menyosialisasikan inovasi ini secara masif di masing-masing kabupaten. Memang ini masih menjadi bahan pemikiran, sekarang kan sudah ada 10.000 ha di delapan provinsi," katanya.

Selain dengan inovasi sistem tanam padi "Jarwo Super", Harwanto mengatakan upaya mendongkrak produktivitas pertanian juga bisa dilakukan dengan pemilihan varietas padi yang tepat.

Dicontohkannya, petani di daerah Ambarawa, Kabupaten Semarang, yang rata-rata menggunakan varietas padi Sri Makmur, atau sebutan untuk varietas yang mirip dengan Membramo atau IR 64.

"Sesungguhnya, ini varietas yang dimiliki sudah lama. Hanya, sebutan di daerah lebih spesifik, yakni Sri Makmur. Hasilnya sangat luar biasa hampir tujuh ton/ha," katanya.

Meski demikian, kata dia, setiap varietas bisa menjadi spesifik di satu lokasi atau umum, seperti Sri Makmur yang spesifik untuk tipe penanaman seperti di wilayah Kabupaten Semarang.

"Kalau Sri Makmur, sepertinya khusus di sini. Dari Banyubiru sampai sini (Pojoksari, red.) hampir semuanya menanam Sri Makmur. Dari keterangan petani sini sudah 11 tahun nanam varietas ini," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Kementerian Pertanian Momon Rusmono mengakui provitas atau produktivitas varietas Sri Makmur yang sangat tinggi.

"Provitasnya juga sangat tinggi, rata-rata 6,8 ton/ha. Melebihi provitas nasional. Bahkan, di beberapa petak ada yang sampai 8-9 ton/ha. Ini penting untuk menjaga ketahanan pangan," katanya. 

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025