Logo Header Antaranews Jateng

Masuk pasar internasional, standarisasi kualitas jenang diperlukan

Sabtu, 2 Juni 2018 16:30 WIB
Image Print
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir (tengah) berbincang dengan Direktur Utama Mubarokfood Muhammad Hilmy (kanan) di tempat penjualan Jenang Mubarok Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (2/6). (FOTO: Akhmad Nazaruddin Lathif)

Kudus (Antaranews Jateng) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mendorong produsen jenang di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, meningkatkan standarisasi kualitas serta masa kedaluwarsa produk yang lebih lama agar bisa masuk pasar internasional.

"Hasil kunjungan kami ke Museum Jenang Mubarokfood Kudus, secara sepintas juga dijelaskan proses produksi pembuatan jenang yang merupakan makanan khas Kudus. Akan tetapi, proses pemotongan jenangnya masih dilakukan secara manual," ujarnya ditemui usai mengunjungi Museum Jenang Mubarokfood Kudus, Sabtu.

Jika hendak bersaing di pasar global, kata dia, perlu ada standarisasi produk, terutama dalam hal berat produknya apakah dengan proses pemotongan secara manual bisa dijamin tidak ada perbedaan.

Menurut dia perusahaan jenang tersebut bisa mengupayakan proses pemotongan jenangnya dari ukuran besar menjadi kecil-kecil dengan menggunakan alat pemotong yang lebih modern agar mendapatkan hasil potongan dengan ukuran dan berat yang standar.

Sementara untuk masa kedaluwarsanya, kata dia, jenang yang diproduksi oleh Mubarokfood hanya bertahan selama enam bulan, sedangkan untuk bisa masuk ke pasar global tentunya harus diupayakan bisa bertahan selama satu tahun lebih, bahkan jika memungkinkan selama dua tahunan.

"Dengan jangka waktu yang lebih lama, tentunya ketika proses pengiriman barang ke luar negeri dengan membutuhkan waktu antara satu hingga dua bulan, tentunya barang yang diterima masih dalam kondisi segar," ujarnya.

Terkait hal itu, kata dia, pemerintah telah membangun Iradiator Gamma Merah Putih di Tangerang Selatan yang bisa digunakan secara bersama-sama oleh pelaku UMKM.

Untuk membangun Iridiator Gamma Merah Putih, kata dia, memang dibutuhkan dana yang besar karena untuk membangun dengan ukuran mini saja mencapai Rp90 miliar.

Ia mencontohkan rendang selesai dimasak hanya bertahan antara 6-8 jam, sedangkan setelah melalui proses irradiator gamma selama satu jam, rendang tersebut bisa bertahan selama 18 bulan tanpa menggunakan bahan pengawet.

Harga jualnya, kata dia, untuk produk UMKM masih bisa bersaing karena fasilitas tersebut bisa digunakan secara bersama-sama.

Dengan alat tersebut, para pelaku UMKM tidak hanya membuat produk makanan dalam jumlah sedikit, melainkan bisa diproduksi dalam jumlah banyak sehingga bisa dipasarkan dalam masa dua hingga tiga bulan mendatang.?

Pada kesempatan tersebut, Menristekdikti juga mengapresiasi Mubarokfood Kudus yang telah berupaya membuat berbagai inovasi untuk menghasilkan produk jenang berkualitas.

Apalagi, lanjut dia, saat ini telah menghadapi persaingan di kancah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).?

Sementara itu, Direktur Utama Mubarokfood Muhammad Hilmy mengakui fasilitas iradiator gamma memang dibutuhkan untuk memperpanjang masa kedaluwarsa produk makanan yang dihasilkan.

"Jika masa berlaku kelayakan makanan bisa lama, tentunya menjadi pendorong untuk melebarkan sayap hingga ke pasar ekspor," ujarnya.

Ekspor jenang yang berlangsung selama ini, katanya, tidak dilakukan secara mandiri, melainkan ada agen yang memasarkannya ke luar negeri.

Kalaupun saat ini harus menggunakan teknologi iradiator gamma, kata dia, membutuhkan biaya tambahan pengangkutan ke Tangsel.

Informasinya, lanjut dia, Pemprov Jateng juga hendak mengupayakan fasilitas serupa untuk membantu meningkatkan daya saing produk UMKM.

Selama ini, lanjut dia, Mubarokfood selalu melakukan berbagai inovasi karena saat ini telah mengembangkan diversifikasi produk. 



Pewarta :
Editor: Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024