300 kepala sekolah belajar konsep "Teaching Factory" di Kudus
Kamis, 25 April 2019 17:48 WIB
"Revolusi Industri 4.0 merupakan suatu tahapan kemajuan dari proses peningkatan efektivitas dan efisiensi serta kreativitas berbasis teknologi informasi yang tidak mungkin dihindari. Kondisi tersebut membuat proses pembelajaran harus melakukan penyesuaian, khususnya SMK," kata Kasubdit Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud RI Mochamad Widiyanto di Kudus, Kamis.
Menjawab tantangan tersebut, Kemendikbud menekankan pentingnya "Teaching Factory" yang merupakan konsep pembelajaran yang berorientasi produksi dan bisnis.
Pembelajaran melalui "Teaching Factory", katanya, merupakan proses penguasaan keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
"Melalui proses ini, sekolah memiliki suatu perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian yang berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Pada akhirnya bisa menjadi pembelajaran bagaimana melahirkan peserta didik yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri," ujarnya.
Untuk itu, Kemendikbud RI mengajak 300 kepala sekolah SMK dari penjuru Indonesia datang ke tiga SMK binaan Djarum Foundation di Kabupaten Kudus, yakni SMK Raden Umar Said (animasi), SMK Wisuda Karya (teknik pemesinan), dan SMK PGRI 1 Kudus (tata kecantikan).
Ketiga SMK tersebut merupakan bagian dari 16 SMK binaan Djarum Foundation yang sudah menerapkan konsep "Teaching Factory" dan kurikulum pendidikan di SMK binaan tersebut disesuaikan untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang sudah berlangsung sejak tahun 2018, dimana sudah ada 1.240 kepala SMK se-Indonesia yang dikirim Kemendikbud ke Kudus untuk melihat proses pembelajaran "Teaching Factory" yang ada di kota ini.
Peran Djarum Foundation membuat sekolah-sekolah tersebut mampu memiliki kinerja yang baik dari sisi peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas guru, serta sinkronisasi kurikulum berbasis industri yang bermuara pada peningkatan kompetensi para peserta didik.
Kunjungan tersebut juga sebagai jawaban akan pentingnya kolaborasi antara SMK dengan pihak lain khususnya industri sehingga bisa menjadi inspirasi bagi sekolah–sekolah lainnya untuk bisa menerapkan hal serupa.
Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation Galuh Paskamagma menuturkan bahwa penerapan "Teaching Factory" merupakan salah satu jawaban terhadap kesenjangan yang selama ini terjadi antara proses belajar peserta didik dengan kebutuhan yang diperlukan dunia usaha dan industri.
"Konsep pembelajaran 'Teaching Factory' ini sejatinya menggabungkan teori dengan praktik kerja yang dapat menghasilkan suatu produk atau jasa berdasarkan pesanan nyata dari konsumen," ujarnya.
Galuh menambahkan ada dua manfaat utama yang didapat dari "Teaching Factory" tersebut.
Di antaranya, siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri dan berguna untuk memperkaya portofolio siswa dan sekolah memiliki pendapatan tambahan untuk membantu biaya operasional sekolah.
"Pada akhirnya, kunci sukses dari 'Teaching Factory' ini adalah adanya sinergi yang baik antara pihak sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri," ujarnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024