Menteri Agama ajak umat bahu-membahu bina lingkungan
Minggu, 14 Juli 2019 23:00 WIB
Dari situ kita bisa belajar untuk beragama dengan baik, rendah hati, belajar agama secara moderat, dapat menghargai perbedaan dan tidak memaksa kehendakMagelang (ANTARA) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat beragama bersatu padu dan bahu-membahu untuk membina lingkungan masing-masing agar tidak terjadi penyalahgunaan agama untuk kekerasan dan tidak terjadi pemboncengan kegiatan keagamaan untuk tindak kekerasan.
"Marilah kita jaga anak cucu kita dan masyarakat kita agar tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang salah yang menggunakan kekerasan atas nama agama," katanya di Magelang, Jateng, Minggu.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dirjen Bimas Buddha Kemenag Caliadi pada perayaan Asalha Puja di pelataran Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Marilah kita jaga rumah ibadah kita dan tempat-tempat pendidikan anak-anak kita agar tidak menjadi tempat yang rawan akan pengaruh paham yang salah," katanya.
Dalam memaknai hari Asalha yang didahului pembacaan Kitab Suci Tripitaka, pihaknya mengimbau seluruh umat beragama tidak pernah berhenti mengkaji, mempelajari manuskrip nusantara sebagai kekayaan budaya Indonesia.
Ia menuturkan dari manuskrip budaya nusantara itu selain memperkaya pengetahuan tentang masa lalu juga mempelajari bagaimana para pendahulu membumikan ajaran agama dengan perekat budaya.
Baca juga: Umat Buddha Lantunkan Tipitaka di Taman Lumbini Borobudur
"Dari situ kita bisa belajar untuk beragama dengan baik, rendah hati, belajar agama secara moderat, dapat menghargai perbedaan dan tidak memaksa kehendak," katanya.
Ia menyampaikan dalam kehidupan sehari-hari masih dikejutkan dengan adanya tindak kekerasan yang seolah-olah memberi kesan bahwa tindakan itu untuk membela agama.
Ia mengatakan dalam setiap tindakan kekerasan bertentangan dengan ajaran agama karena agama sesungguhnya mengajarkan sebuah kedamaian dan bertujuan menyelamatkan umat manusia.
Di dalam Buddha, katanya, dikenal dengan empat ajaran dan jalan tengah beruas delapan sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.
"Dengan penerapan itu maka tercipta harmoni dalam kehidupan, menambah pengalaman spiritual dan menambah keyakinan terhadap kebenaran ajaran Buddha Darma," katanya.
Baca juga: Di Borobudur, 1.000 umat Buddha baca Tripitaka
Pewarta : Heru Suyitno
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024