Logo Header Antaranews Jateng

Jessica Iskandar idap "graves disease autoimmune"

Senin, 27 Juli 2020 16:11 WIB
Image Print
Jessica Iskandar menunggu namanya dipanggil oleh petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) di TPS 046 Bukit Unggul,Jakarta Selatan,Rabu(17/04/2019). Jessica antusias untuk menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2019. ANTARA/Livia Kristianti/aa
Jakarta (ANTARA) - Jessica Iskandar lewat akun YouTube, Minggu (26/7), mengungkapkan dirinya mengidap penyakit graves disease autoimmune hyperteroid.

Penyakit graves adalah kelainan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan hipertiroidisme, kadar hormon tiroid terlalu tinggi. Penyakit ini membuat sistem kekebalan tubuh justru menyerang tiroid, membuatnya menciptakan terlalu banyak hormon tiroid, lebih dari yang dibutuhkan tubuh.

Dikutip dari NIDDK, Senin, hormon tiroid mengontrol bagaimana tubuh menggunakan energi, sehingga mempengaruhi hampir setiap organ tubuh, termasuk bagaimana jantung berdetak.

Hipertiroidisme yang tidak diobati bisa menimbulkan masalah pada jantung, tulang, otot, siklus menstruasi dan kesuburan. Hipertiroidisme yang tak diobati pada orang hamil bisa berakibat pada kesehatan ibu dan bayi. Penyakit graves juga bisa berdampak kepada mata dan kulit.

Penyakit graves biasanya terjadi pada orang berusia antara 30 hingga 50 tahun. Perempuan lebih berisiko mengidap penyakit ini. Faktor keturunan juga mempengaruhi.

Orang-orang yang punya kelainan sistem kekebalan tubuh lebih berisiko mengidap penyakit graves.

Apa yang terjadi bila tidak diobati?
Bila tidak diobati, penyakit Graves bisa menyebabkan detak jantung tak beraturan yang bisa berujung kepada stroke, gagal jantung dan masalah jantung lain.

Penyakit ini juga bisa menimbulkan penyakit mata bernama Graves oftalmopati, membuat seseorang punya penglihatan ganda, sensitif terhadap cahaya, sakit pada mata, dan, meski ini jarang terjadi, kehilangan penglihatan.

Osteoporosis juga salah satu akibat dari penyakit Graves yang tak ditangani.

Gejala?
Beberapa gejala penyakit Graves diantaranya adalah gejala umum hipertiroidisme, yakni detak jantung cepat dan tak teratur, diare, gondok, intoleransi panas, gugup atau mudah marah, kelelahan atau otot lemah, tangan gemetar, sulit tidur dan berat badan turun.

Pilihan pengobatan?
Penyakit Graves dapat ditangani dengan minum obat penghambat beta dan obat antitiroid, terapi radioiodin dan operasi tiroid.

Ibu hamil dan menyusui biasanya disarankan minum obat antitiroid yang lebih aman untuk bayi ketimbang perawatan lain. Setelah minum obat, level hormon tiroid mungkin belum bisa kembali normal selama beberapa pekan atau bulan. Total waktu perawatan sekitar 12-18 bulan, namun perawatan bisa berlanjut hingga beberapa tahun untuk orang yang tak mau menjalani terapi atau operasi.

Obat ini memiliki efek samping bagi sebagian orang, seperti reaksi alergi gatal, berkurangnya sel darah putih sehingga lebih rentan terserang infeksi.

Sementara operasi tiroid paling jarang dilakukan untuk mengatasi penyakti Graves. Operasi ini bertujuan mengangkat kelenjar tiroid. Kadang dokter melakukan operasi untuk mengobati orang yang gondok besar, atau perempuan hamil yang alergi atau punya efek samping dari minum obat antitiroid.

Setelah operasi, pasien harus minum obat hormon tiroid seumur hidup. Dokter akan terus memeriksa kadar hormon tiroid dan menyesuaikan dosis sesuai kebutuhan.

Apa yang tak boleh disantap?
Orang yang mengidap penyakit Graves mungkin sensitif terhadap efek samping buruk dari yodium. Makanan dengan jumlah yodium tinggi seperti rumput laut bisa menyebabkan atau memperburuk hipertiroidisme, begitu pula mengonsumsi suplemen yodium.

Bicarakan dengan dokter makanan apa yang harus dibatasi atau dihindari, konsultasikan juga obat batuk atau multivitamin yang dikonsumsi karena bisa jadi mengandung yodium.

 

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024