Stageof Banjarnegara catat 33 gempa selama Juli 2020
Banjarnegara (ANTARA) - Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara mencatat 33 kejadian gempa sepanjang bulan Juli 2020 di wilayah Jawa Tengah dan provinsi lain di sekitarnya.
"Namun demikian, dari 33 gempa itu hanya ada satu gempa yang dirasakan pada 7 Juli 2020 di Jepara," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhi di Banjarnegara, Kamis.
Dia menjelaskan satu gempa yang dirasakan tersebut berpusat di wilayah Jepara pada koordinat 5.77 LS dan 110.64 BT.
"Episenter gempa ini terletak pada koordinat 5.77 LS dan 110.64 BT, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 85 kilometer arah Utara Mlongo, Jepara pada kedalaman 539 kilometer," katanya.
Guncangan gempa Jepara tersebut, kata dia, terasa hingga Karangkates, Nganjuk, Yogyakarta, Purworejo, Kuta, dan Mataram dengan skala III MMI.
"Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk melintas," katanya.
Selain itu, getaran juga terasa di Denpasar, Malang, Lumajang, Tulungagung, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Surabaya, Wonogiri dan Kebumen dengan skala II-III MMI.
Getaran juga terasa di Banjarnegara, Pangandaran, Karangasem, Lombok Barat , Garut, Boyolali, Krui, Sekincau, Semaka, Pekalongan, Banyumas, Wonosobo, Magelang, Purbalingga, dan Gianyarn dengan skala II MMI.
"Dalam skala ini getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang," katanya.
Ia mengaku pihaknya akan terus melakukan pemutakhiran data secara berkala terkait kejadian gempa dan akan menginformasikan kepada masyarakat di wilayah setempat.
"Tujuannya agar masyarakat dapat menerima dan mengetahui informasi secara berkala mengenai kejadian gempa," katanya.
Ia mengatakan bahwa daerah Selatan Jawa merupakan daerah yang memiliki seismisitas yang aktif. Hal ini disebabkan karena Selatan Jawa merupakan daerah pertemuan lempeng tektonik dimana lempeng Indo-Australia mensubduksi lempeng Eurasia.
Dengan memahami adanya sumber-sumber gempa dan potensi kebencanaan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, kata dia, masyarakat diharap dapat mengetahui dan memperkuat upaya mitigasi bencana minimal untuk diri sendiri.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk terus menggali informasi kebencanaan dari sumber-sumber yang terpercaya.
"Selain itu perlu menggali informasi secara mandiri dari sumber yang terpercaya (BMKG) merupakan langkah yang paling tepat, sehingga kita dapat terhindar dari hoaks, bahkan bisa mengedukasi sesama yang lain," katanya.
Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor:
Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024