Logo Header Antaranews Jateng

MAJT ajak santri jadi aktor ekonomi tangguh

Selasa, 20 Oktober 2020 18:30 WIB
Image Print
Ketua Pengelola Pelaksana MAJT KH Noor Achmad. ANTARA/HO/Dok. MAJT
Solo (ANTARA) - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mendorong dan mengajak santri berada di garda terdepan untuk menjadi aktor ekonomi tangguh sehingga bisa menjadi penopang perekonomian umat.

"Jadi bukan sekadar penonton di tengah posisinya sebagai kekuatan mayoritas di Tanah Air tetapi juga jadi pelaku ekonomi," kata Ketua Pengelola Pelaksana MAJT K.H. Noor Achmad di Semarang, Selasa.

Ia mengatakan pesan tersebut akan diusung pada peringatan ke-6 Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada Kamis (22/10).

"Kami termasuk komponen bangsa yang konsisten menyelenggarakan peringatan HSN. Tujuannya menyemarakkan sekaligus meraih manfaat untuk terberdayakannya ekonomi santri-santri di Jawa Tengah. Jadikan peringatan HSN ini sebagai momentum kebangkitan ekonomi umat yang dipelopori santri," katanya.

Terkait dengan penyelenggaraan peringatan HSN di tengah pandemi, pihaknya akan melibatkan internal para sesepuh, pengurus, dan karyawan.

"Namun secara moral, gaung Hari Santri harus menggema sebagai era kebangkitan santri. Kami tidak mengundang pejabat, para pengasuh pondok pesantren juga tokoh masyarakat karena pembatasan berkerumun dari penerapan protokol kesehatan COVID-19," katanya.

Noor yang pada peringatan HSN akan bertindak sebagai inspektur upacara tersebut, mengatakan MAJT akan melibatkan sebagian besar Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Risma-JT) dengan pelatih Choirul Ulil Albab yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang.

Sesuai jadwal, usai upacara bendera akan dilanjutkan dengan istighatsah kebangsaan sekaligus ditutup doa yang akan dipimpin Ketua Bidang Takmir MAJT K.H. Hadlor Ikhsan.

Dia mengatakan bahwa MAJT menganggap peringatan HSN momentum penting untuk meneladani semangat jihad para santri dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang digelorakan para ulama.

Menurut dia, peringatan HSN yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta merujuk pada peristiwa bersejarah, yaitu keluarnya seruan dari Pahlawan Nasional K.H. Hasyim Asy'ari yang berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang atau jihad melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pascaproklamasi kemerdekaan.

"Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang. Di belakang tentara Inggris, ada pasukan Belanda yang ikut membonceng," katanya.

Aspek lain yang melatarbelakangi penetapan HSN, katanya, sebagai bentuk pengakuan resmi pemerintah atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.

"Sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri," katanya.

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024