Logo Header Antaranews Jateng

Pemkab Boyolali tingkatkan edukasi pada calon pasangan muda

Kamis, 9 September 2021 15:18 WIB
Image Print
Salah satu pembicara Direktur Sahabar Kabas Dian Sasmita saat menyampaikan materinya kepada peserta dalam acara pembelakan edukasi kepada calon pasangan muda yang digelar di Aula Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Kamis (9/9/2021). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Boyolali,Jawa Tengah, meningkatkan edukasi kepada calon pasangan muda mengenai dunia pernikahan.

Kepala Bidang Advokasi dan Penggerakan DP2KBP3A Kabupaten Boyolali Anis Mahendrawati di Boyolali, Kamis, mengatakan peningkatan edukasi dilakukan dengan  Pembekalan Pra-Nikah yang diikuti 20 calon pasangan muda yang digelar di Aula Kecamatan Cepogo Boyolali, Kamis.

Sebanyak 20 orang calon pengantin se-Kecamatan Cepogo Boyolali mengikuti pembelakan edukasi pranikah selama tiga hari, peserta diberikan penguatan tentang pengasuhan berbasis hak anak. Pada 2020 tercatat ada 411 pasangan muda baru di Cepogo Boyolali.

Baca juga: Cegah pernikahan dini, anak-anak di Jateng diimbau fokus raih cita-cita

Anis Mahendrawati mengatakan edukasi pranikah tersebut untuk memberikan pemahaman para calon pengantin mengenai dunia pernikahan. Termasuk persiapan mental, finansial serta tanggung jawab untuk menyejahterakan anak.

Menurut dia, diharapkan mereka paham bahwa mereka berkewajiban menyejahterakan anak, dan juga untuk mencegah stunting. Program ini, juga dilaksanakan di 10 kecamatan lain di Boyolali. Tujuannya agar mereka siap dengan kehidupan rumah tangga.

Direktur Sahabat Kapas Dian Sasmita selaku pembicara dalam acara tersebut mengatakan kekerasan pada anak akan menimbulkan dampak psikis berkepanjangan. Tercatat, dari 900 anak yang mendekam di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) se Jawa Tengah, 100 persen pernah mengalami kekerasan dikeluarganya. Karenanya, penting dilakukan edukasi pada calon pasangan muda.

Menurut Dian Sasmita kekerasan pada anak tidak hanya pada fisik, tetapi juga verbal dan psikis. Seperti diabaikan dan lainnya. Hal tersebut memberikan dampak psikologis yang besar pada pertumbuhan anak. Bahkan, nilai-nilai dalam keluarga tersebut akan terus dibawa.

Ketika kekerasan dialami anak saat kecil, kata dia, akan memunculkan trauma. Bahkan trauma itu akan muncul secara bawah sadar pada perilaku anak. Mereka termasuk anak rentan yang jarang mendapat kasih sayang orangtua.

Trauma psikis akan meruntuhkan kekuatan mental anak. Bahkan, menyebabkan ketidakstabilan emosi. Tak jarang anak justru melakukan kenakalan yang membuat mereka berhadapan dengan hukum. Data dari Rumah Kapas, tercatat 70 anak di Jawa Tengah

Pihaknya sudah mendampingi anak rentan sejak 2019 hingga saat ini. Tercatat 900 anak di Jawa Tengah masuk LPKA. Mereka 100 persen pernah mengalami kekerasan oleh orang tua.

Dia mengatakan penting melakukan edukasi sejak dini pada calon orang tua. Dia ingin para calon orang tua ini bisa mengasuh anak tanpa kekerasan. Meski tidak bisa memberikan pengaruh secara signifikan.

"Saya berharap edukasi ini, mampu membangkitkan kesadaran. Ketika keluarga mengalami masalah, jangan melampiaskan pada anak. Masyarakat bisa berkonsultasi secara gratis di layanan pusat pelayanan keluarga terutama untuk keluarga rentan," ujarnya. 

Baca juga: LPPSP: Kenaikan angka pernikahan dini tidak berkaitan dengan COVID-19
Baca juga: Viralnya "childfree" dorong kesadaran edukasi reproduksi sehat


Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024