Logo Header Antaranews Jateng

Edukasi dan rehabilitasi berkelanjutan dibutuhkan penderita kanker

Sabtu, 19 Maret 2022 16:42 WIB
Image Print
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat. Dok. Pribadi
Semarang (ANTARA) - Upaya edukasi dan rehabilitasi terhadap masyarakat dan para penderita kanker harus berkelanjutan karena para penyintas tidak hanya terserang secara fisik, tetapi juga psikologis yang dihadapi sepanjang proses pengobatan. 

"Berbagi pengalaman kepada sesama penderita kanker adalah salah satu sumber kekuatan saya untuk menapaki kehidupan menjadi lebih ringan, karena pengalaman sesama penyintas banyak memberi harapan," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat memberikan sapa sayang dalam acara Obrolan Akhir Minggu Sahabat YKPI secara daring, Sabtu (19/3).

Hadir pada acara tersebut, Linda Agum Gumelar (Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia/YKPI) dan dr. Fenny Lovitha Dewi. Sp. KFR (Rehab Medis RS Kanker Dharmais) 

Pada kesempatan tersebut, Lestari yang juga penyintas kanker payudara itu mengungkapkan bahwa dirinya masih mengalami sejumlah gejala akibat proses pengobatan kanker, mulai dari tidak normalnya pertumbuhan alis mata, kesulitan naik tangga, tulang mulai rapuh dan sejumlah efek pengobatan kanker lainnya seperti limfedema (pembengkakan pada tangan atau kaki yang disebabkan oleh sistem penyumbatan limfatik) dan nyeri. 

Namun, menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, sejumlah gejala itu harus dihadapi dengan senyuman agar kita dapat berdamai dengan kehidupan. 

Sejumlah gejala yang dihadapi para penderita kanker itu, ujar Rerie, memerlukan penguatan yang berkelanjutan lewat edukasi dan upaya rehabilitasi. Karena kanker tidak hanya menyerang secara fisik, tetapi juga psikologis penderitanya. 

Tahun ini, ujar Rerie, peringatan Hari Kanker sedunia mengusung sebuah kampanye 2022-2024 bertema Close The Care Gap.

Tema tersebut, jelas Rerie, yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, mengajak semua elemen yang peduli untuk melakukan kampanye mengurangi celah perawatan pada penderita dan penyintas.

Berbagi pengalaman dalam pengobatan kanker antar sesama penderita, penyintas kanker dan masyarakat, ujarnya, merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi gap dalam proses perawatan penderita kanker. 

Apalagi, tambah Rerie, secara medis para pakar menyebutkan tidak ada orang yang bebas dari ancaman kanker karena di tubuh setiap manusia sebenarnya ada potensi tumbuh sel-sel kanker. Jadi, tegasnya, kita harus terus mewaspadai ancaman tersebut sehingga tidak boleh lengah. 

"Jalani pola hidup sehat dan isi hari-hari kita dengan hal-hal yang bermanfaat bagi sekitar kita, sehingga hidup yang kita jalani menjadi lebih bermakna," pungkasnya. ***

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024