Logo Header Antaranews Jateng

Perjalanan Guru Dewi ubah wajah pendidikan di pelosok

Jumat, 7 Maret 2025 17:49 WIB
Image Print
Dewi Nur Laksmi Astutiningtyas, guru kelas 5 di SDN 4 Banyuringin, Kendal. Dok. Dewi Nur

Kendal (ANTARA) - "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia," kata Nelson Mandela. Kutipan ini sangat relevan dengan perjalanan Dewi Nur Laksmi Astutiningtyas, guru kelas 5 di SDN 4 Banyuringin.

Sekolah tersebut terletak di tengah perkebunan karet daerah pelosok selatan Kabupaten Kendal. Ibu Guru Dewi, begitu sapaan akrabnya, tengah mengemban misi mulia untuk mengubah pendekatan pembelajaran konvensional di sekolahnya. Ia mengintegrasikan teknologi guna mempersiapkan murid-muridnya untuk era digital yang penuh tantangan.

Dewi memang dikenal sebagai sosok inspiratif. Ia telah berhasil mengubah cara belajar di sekolahnya. Di bawah bimbingannya, murid-murid yang mayoritas berasal dari daerah pedesaan tersebut kini mahir menggunakan gawai untuk kegiatan belajar. Mereka terampil mencari referensi melalui website, membuat presentasi secara daring, serta mampu memanfaatkan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Gemini untuk memperluas wawasan. Inisiatif murid dalam membuat buku antologi puisi dan media belajar digital secara mandiri menjadi bukti dari keefektifan metode pengajaran Dewi.

Keefektifan yang diraihnya tidak serta-merta terjadi dalam semalam. Sepak terjangnya di dunia pendidikan telah mencerminkan kepiawaiannya dalam menyesuaikan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan para murid. Ketika beberapa murid kesulitan memahami konsep pecahan dan persen melalui papan tulis dan buku ajar, ia segera mengganti strategi pembelajaran. Ia mengajak mereka bermain permainan edukatif berbasis pecahan secara daring. Pendekatan ini berhasil tidak hanya membantu mereka memahami materi, tetapi juga meningkatkan motivasi belajar.

"Saat bermain game, mereka tidak hanya belajar matematika, tetapi juga mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis," ujar Dewi, ibu yang telah dikaruniai dua anak ini.

Pengalaman dari pelatihan numerasi

Dewi juga memperoleh wawasan baru tentang pengajaran numerasi saat mengikuti pelatihan dari Tim Srikandi Program Fasda Perubahan Tanoto Foundation. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, menurutnya, keterampilan numerasi adalah fondasi yang membantu murid dalam segala aspek kehidupan. Itu dimulai dari menghitung uang saku, jumlah pohon karet yang harus disadap saat membantu orang tua di kebun, hingga merencanakan waktu bermain dan belajar dengan efisien. "Numerasi sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari murid," tuturnya menegaskan pentingnya integrasi numerasi dalam kegiatan sehari-hari.

Sebagai Google Certified Trainer dan Koordinator Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Kendal, Dewi aktif berbagi inovasi pendidikan dengan rekan-rekan sejawatnya. Ia juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Belajar Guru SIMPEL Kecamatan Singorojo serta terlibat dalam Komunitas Kendal Pintar Berbagi yang dibina oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal.

Kiprahnya di dunia digital semakin luas ketika ia terpilih menjadi Guru Konten Kreator Jawa Tengah sekaligus narasumber dalam Program Berbagi Praktik Baik BBGP Provinsi Jawa Tengah. Dengan lebih dari 21 ribu pengikut di Instagram, konten edukatifnya sering kali viral. Video inovasi pembelajarannya menginspirasi banyak guru tidak hanya di Kabupaten Kendal, namun juga di seluruh Indonesia. Salah satu postingannya tentang penerapan AI dalam pembelajaran telah ditonton lebih dari 1,2 juta kali.

Mendidik dengan hati, menginspirasi dengan aksi


Tak sekadar mengajar, Dewi memahami bahwa peran seorang pendidik adalah menanamkan nilai-nilai pembelajaran sepanjang hayat kepada para murid. Di sekolahnya, ia membangun ekosistem yang memungkinkan anak-anak desa untuk berani bermimpi lebih besar, berpikir kritis, dan berkarya dengan teknologi.

"Saya juga selalu mendukung rekan-rekan guru di sekolah. Sekolah kami tidak besar. Hanya ada 3 guru. Semuanya perempuan. Meski sekolah kami berada di pelosok, pembelajaran kami tidak boleh tertinggal. Kami harus melek teknologi dan memahami dunia luar agar tidak ketinggalan," ujar Dewi. Ia pun menginisiasi kelompok belajar bagi guru di sekolahnya. Ia berharap semua guru dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Selain mendukung sesama guru, ia juga berupaya membangun kepercayaan diri murid-murid perempuan agar mereka berani maju dan memiliki cita-cita besar. Ia ingin menanamkan pemahaman bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dan setara dalam pendidikan maupun kehidupan. Para murid perempuan didorong untuk tidak takut bermimpi dan bercita-cita tinggi. Ia terus menanamkan prinsip bahwa masa depan ada di tangan mereka sendiri, agar mereka kelak tidak gentar dalam mewujudkan impian mereka.

Tak hanya mendorong mimpi, Dewi juga memberikan contoh nyata dengan terus melanjutkan pendidikannya. "Saya ingin murid-murid saya melihat bahwa pendidikan itu tidak berhenti setelah 13 tahun belajar di sekolah. Saya berharap mereka bisa melanjutkan hingga perguruan tinggi, bahkan sampai jenjang S2 atau S3," ujarnya. Dewi sendiri saat ini tengah menjalani ujian tesis pascasarjana.

"Meski sudah menjadi guru, saya pun ingin terus belajar. Pendidikan bukan sekadar menyandang gelar, tetapi juga perjalanan untuk terus berkembang," tambahnya dengan penuh semangat.

Dedikasi dan prestasi yang diraihnya telah menginspirasi banyak orang, terutama perempuan, untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam dunia pendidikan. Dalam melanjutkan perjuangannya, Dewi berencana untuk memperkaya konten-konten teknologi dalam pembelajaran melalui kampanye media sosialnya. "Misi saya adalah setiap anak di daerah yang aksesnya tidak mudah memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dengan teknologi terkini, sebagaimana anak-anak di perkotaan," tutur Dewi.

Ia berharap dapat membangun jaringan pendidik yang lebih luas untuk berkomitmen pada inovasi dan perubahan edukatif, mengubah wajah pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Semangatnya selaras dengan pesan International Women’s Day, merangkul kesetaraan dan memperjuangkan akses pendidikan berkualitas bagi semua. ***



Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2025