Logo Header Antaranews Jateng

Sapriyanto bersyukur menjadi peserta JKN saat buah hati dirawat intensif

Jumat, 9 Mei 2025 19:05 WIB
Image Print
Sapriyanto (40), karyawan swasta asal Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas berbagi kisah perjuangannya mendampingi buah hati menjalani perawatan intensif karena kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ia bersyukur mengikuti Program JKN. (HO-Pemkot Tegal)

Purwokerto (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan kembali hadir sebagai penyelamat. Sapriyanto (40), karyawan swasta asal Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas berbagi kisah perjuangannya mendampingi buah hati menjalani perawatan intensif karena kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Ditemui di kantor BPJS Kesehatan Cabang Purwokerto, Sapriyanto mengaku telah menjadikan Program JKN sebagai garda terdepan dalam menjamin perlindungan kesehatan istri selama momen kehamilan. Jalan terjal harus ia dan istri hadapi demi bisa berjumpa dengan sang buah hati.

Memasuki usia kehamilan tujuh bulan, istrinya sering mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah, buang air kecil dengan intensitas tinggi, dan mual. Setelah tidak kuat menahan rasa sakit tersebut, istri Sapriyanto dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit.

“Dari hasil pemeriksaan, ternyata istri saya mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK). Saat itu saya sangat khawatir karena usia kehamilannya juga sudah tua. Tapi lumayan lega karena untuk urusan pembiayaan semua ditanggung Program JKN,” ucapnya.

Sapriyanto menambahkan saat istrinya menjalani rawat inap selama tiga hari hingga pulih, mereka merasakan layanan kesehatan yang prima tanpa adanya diskriminasi. Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan membuktikan bahwa layanan kesehatan yang mudah, cepat, dan setara merupakan hak yang senantiasa dapat dirasakan oleh pesertanya.

“Saat memasuki momen kelahiran anak kami, istri saya mendapatkan pemeriksaan yang cukup intensif karena kondisinya kelebihan berat badan. Alhamdulillah kondisi jantung istri saya normal sehingga bisa melalui persalinan normal,” jelasnya.

Puncak kebahagiaan sekaligus kekhawatirannya datang saat sang buah hati lahir. Bayi mungil Sapriyanto terlahir dengan berat badan hanya 1.950 gram atau dalam kriteria Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga harus segera mendapatkan perawatan intensif di ruang inkubasi. Di sinilah peran Program JKN kembali terasa sangat vital.

“Sore hari pasca persalinan, istri saya diperbolehkan pulang. Tapi tidak dengan bayi kami. Sampai hari ini sudah satu minggu ia harus diinkubasi karena berat badan yang kurang,” tuturnya.

Sapriyanto merasa sangat tertolong dengan Program JKN. Ia menambahkan bahwa fasilitas yang didapat sangat memadai, tenaga medis ramah, dan perawatan diberikan secara penuh tanpa henti untuk buah hatinya.

Kini ia dan istri harus berbagi peran untuk menjaga anaknya di rumah sakit. Tanpa letih mereka usahakan apa yang terbaik untuk anaknya. Dalam situasi yang berat ini mereka tetap bersyukur karena kehadiran Program JKN.

Sapriyanto tidak dapat membayangkan bagaimana jika keluarganya tidak menjadi peserta JKN. Kekhawatiran akan biaya perawatan bayinya yang membutuhkan penanganan khusus tentu akan sangat membebani pikiran dan kondisi ekonomi.

Kejadian ini mengingatkannya pada pengalaman buruk saat dirinya belum menjadi peserta JKN. Dimana saat itu ia harus mendapatkan penanganan rawat inap selama dua hari karena demam berdarah.

“Tahun 2021 sebelum menjadi peserta JKN, saya sempat rawat inap di klinik karena penurunan trombosit akibat demam berdarah. Walaupun hanya dua hari, namun tetap lumayan besar juga biaya yang harus saya keluarkan,” kenangnya.

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang ingin jatuh sakit. Namun risiko kesehatan yang dapat terjadi kapan saja membuat kita terus hidup dalam kekhawatiran. Kisah perjuangan keluarga Sapriyanto ini menjadi bukti nyata bahwa Program JKN telah hadir sebagai jawaban untuk memberikan ketenangan bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan, terutama dalam kondisi darurat dan membutuhkan biaya besar seperti perawatan bayi prematur.



Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2025