Logo Header Antaranews Jateng

Gema Redenominasi dari Pasar Sapi

Rabu, 24 Oktober 2012 17:35 WIB
Image Print


"Kalau hanya membuat resah, kenapa harus kita setujui? Redenominasi tersebut juga diyakini bisa mengacaukan sistem ekonomi jika tidak dilakukan sosialisasi dengan baik," kata anggota DPR Erlangga Hartarto pada tanggal 6 Agustus 2010.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) boleh saja menolak dan menganggap rencana BI itu bisa membuat keresahan di tengah masyarakat. Namun, redenominasi ini ternyata sudah berjalan bertahun-tahun di perdesaan, termasuk di sejumlah pasar ternak di Jawa Tengah.

Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai Pasar Sapi Ambarawa, menjadi saksi bisu bagaimana redenominasi verbal berjalan secara alami.

Ratusan pedagang dan pembeli ternak setiap bertransaksi secara sadar melenyapkan angka ribuan di belakangnya.

Bagi mereka, menghargai seekor sapi atau kerbau dengan angka jutaan rupiah itu berlebihan karena sebutan juta dengan enam angka nol di belakangnya sungguh nilai yang amat besar.

Terasa berlebihan pula, kata Tarko, pedagang di pasar itu, menghargai seekor kambing hingga dua-tiga juta rupiah.

Bagi para pedagang ternak di Pasar Sapi itu, jual beli selayaknya dilakukan dengan kalkulasi yang sederhana dan mencerminkan nilai riil atas barang yang diperjualbelikan.

Jutaan, bagi mereka, hanya layak disematkan untuk sesuatu yang sangat banyak atau sesuatu yang sangat bernilai sehingga layak dihargai dengan jutaan rupiah.

"Saya kira kok terlalu tinggi menghargai seekor sapi atau kerbau dengan menyebutkan angka jutaan. Jutaan itu nolnya ada enam. Itu terlalu banyak untuk seekor hewan yang diperjualbelikan," kata Tarko, pedagang sapi asal Sragen, Jawa Tengah.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pasar Hewan Pemerintah Kabupaten Semarang Agus Waryanto punya argumen lain mengapa para blantik atau pedagang ternak itu memilih menghapus tiga angka nol di belakang nilai rupiahnya.

"Selain alasan penyebutan angka yang lebih sederhana, praktik redenominasi di kalangan blantik sapi juga demi keamanan diri mereka," katanya ketika ditemui di Pasar Ambarawa, Rabu (24/10).

Pada hari pasaran Pon, total transaksi di Pasar Hewan Ambarawa mencapai Rp5 miliar hingga Rp8 miliar, bahkan pada hari Minggu (21/10), omzet penjualannya lebih dari Rp10 miliar. Pasar hewan seluas 3,1 hektare ini bisa menampung 800 ternak besar, seperti sapi dan kerbau.

Kata Agus, seorang pedagang besar bisa mengantongi uang tunai hingga Rp100 juta ketika penjualan sapi "meledak" seperti menjelang Hari Raya Idul Adha saat ini. Di pasar ini semua transaksi dilakukan secara kontan.

"Mereka menyebutnya Rp100 ribu dan itu dirasakan lebih aman karena orang luar (di luar komunitas, red.) mengira memang hanya Rp100 ribu, padahal sebenarnya Rp100 juta," kata Agus.

Oleh karena itu, transaksi jual beli hewan ternak di pasar ini nyaris tidak pernah menyebut angka jutaan rupiah. Semuanya disebut ratusan atau ribuan rupiah.

Jadi, seekor sapi "hanya" dihargai Rp9.000, tetapi kalau sapi atau kerbaunya besar, bisa menembus Rp12.000, sedangkan harga seekor kambing terentang mulai Rp800 hingga Rp2.000.

Kalangan makelar jual beli sepeda motor juga banyak yang mempratikkan redominasi. Alasannya juga sama, yakni kepraktisan dan menempatkan sebutan pada nilai barang yang pantas.

"Masa, motor bekas disebutkan harganya jutaah rupiah," kata Syahroni, pedagang motor bekas.

Tarko, Syahroni, dan para blantik sapi mungkin tidak tahu redenominasi rupiah. Namun, yang dipraktikkan mereka dalam bisnis sehari-hari tampaknya tidak mencerminkan apa yang dikhawatirkan para elite tentang gagasan penyederhanaan pecahan mata uang rupiah.

"Sudah sangat lama jual beli di Pasar Sapi ini tidak menyebutkan angka jutaan, tapi ribuan. Saya kira kebiasaan ini tidak akan hilang karena istilah ini sudah dipakai semua pedagang ternak," kata Agus.

Redenominasi versi pedagang sapi ini tak butuh persetujuan siapa pun, kecuali kesepakatan mereka sendiri. Oleh karena itu, redenominasi verbal di kalangan pedagang sapi juga tak pernah menyulut keresahan.

Redenominasi rupiah akan terus beresonansi di Pasar Sapi.

Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2025