"Kita lihat tanda-tanda alam saja, misalnya dalam trias politika di lembaga eksekutif presidennya Pak Jokowi usianya 50-an tahun, di lembaga legislatif pimpinan DPR, MPR usianya 50-an tahun, begitu juga di lembaga yudikatif seperti MK, Komisi Yudisial, MA pimpinannya 50-an tahun semua," kata Ridwan Mukti di Jakarta, Rabu.

Ridwan mengatakan regenerasi dalam pucuk pimpinan trias politika, menjadi tanda regenerasi Indonesia telah terjadi. Oleh sebab itu, dia menilai hal serupa wajib dilakukan dalam partai politik.

"PKS sudah regenerasi duluan, PKB sudah duluan. Jadi ini tanda-tanda alam. Perlu diingat bahwa tokoh-tokoh pejuang besar seperti pak Akbar Tandjung, Amien Rais mereka leading (memimpin) saat umurnya masih 50-an tahun," kata dia.

Dia menegaskan apabila tanda-tanda alam sudah berkata demikian, maka tiada individu yang bisa menolaknya.

"Siapa yang menolak tanda-tanda alam akan digilas oleh alam itu sendiri," kata dia.

Mengacu kepada Golkar, Ridwan memandang tujuh calon ketua umum Golkar yang belakangan namanya muncul di media, layak menggantikan posisi Aburizal Bakrie atau Ical.

Dia mengakui di sepanjang sejarah partai Golkar memang selalu terjadi antrean untuk menjadi ketua umum, di mana hanya orang-orang yang bertahan lama lah yang mampu meraih pucuk pimpinan tertinggi. Meskipun demikian dia menekankan bahwa regenerasi tetap harus dilakukan.

Saat ini Partai Golkar masih melakukan Rapimnas di Yogyakarta untuk membahas isu politik terkini dan pokok-pokok pikiran terkait penyelenggaraan Munas IX Golkar.

Berdasarkan hasil rapat pleno DPP Golkar sebelumnya, telah disepakati bahwa munas akan dilakukan Januari 2015. Namun menjelang rapimnas, beredar kembali wacana percepatan munas pada akhir November 2014.

Percepatan munas disebut-sebut sejumlah kader sebagai upaya mempermudah Aburizal Bakrie maju kembali sebagai Ketua Umum Golkar. Sebaliknya, dengan percepatan munas, calon ketua umum lain memiliki keterbatasan waktu untuk menggalang dukungan kader daerah.