Penyandang Autisme Punya Kemampuan Visual yang Kuat
Jumat, 28 November 2014 17:28 WIB
Panggung hasil dekorasi anak-anak penyandang autisme yanh dipamerkan, di Jakarta, Jumat (28/11). (ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa)
Lebih lanjut, Sandy mengungkapkan, karena hal inilah maka cara mengajar yang baik dari para orangtua, guru maupun terapis lebih baik banyak menggunakan visual.
Dia mencontohkan, saat anak-anak diajarkan mendekorasi panggung, akan lebih baik jika mereka diperlihatkan secara langsung bagaimana cara mendekorasi panggung. Kemudian, menurut Sandy, dalam hal seni, anak-anak penyandang autisme memiliki ketertarikan yang luar biasa.
Hal ini, kata dia, bisa menjadi sarana bagi orang tua atau pendidik untuk mengajarkan lebih jauh mengenai seni, semisal soal warna, cara melipat kertas untuk menciptakan sesuatu, menggunting dan sebagainya. "Buat mereka seni itu luar biasa menyenangkan. Kita bisa mengajarkan lebih jauh soal seni, seperti melipat, menggunting... ," kata dia.
Hanya saja, menurut Sandy, penyandang autisme cenderung sulit untuk memahami sesuatu. Dengan kata lain, mereka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami apa yang diajarkan pada mereka. Untuk ini, salah satu yang dapat orang tua atau pendidik lakukan ialah menyederhanakan bahasa.
"Bagi anak-anak penyandang autisme, pemahaman yang paling sulit. Anak saya yang sudah berusia 17 tahun (penyandang autisme) pun masih sulit untuk memahami sesuatu. Oleh karena itu, setidaknya kita harus menyederhanakan bahasa kita, ini memang sulit," kata Shandy.
"Kita enggak bisa pakai target waktu sampai mereka paham. Memasukkan sesuatu dalam konsep mereka memang butuh kesabaran luar biasa," tambah dia.
Sandy menyarankan, bagi orang tua yang anaknya merupakan penyandang autisme, sebaiknya, tidak terlalu lama larut dalam fase penolakan sehingga melewatkan masa emas anak. Hal ini, kata dia, berujung pada pengobatan yang berjalan tak maksimal.
"Dalam hidup, kita enggak bisa banyak memilih. Ada fase penolakan, itu manusiawi, tapi jangan sampai bertahun-tahun. Karena kasihan anaknya. Waktu terus berjalan, masa keemasan anak bisa hilang, sehingga hasil treatment enggak maksimal," kata dia.
Dia mencontohkan, saat anak-anak diajarkan mendekorasi panggung, akan lebih baik jika mereka diperlihatkan secara langsung bagaimana cara mendekorasi panggung. Kemudian, menurut Sandy, dalam hal seni, anak-anak penyandang autisme memiliki ketertarikan yang luar biasa.
Hal ini, kata dia, bisa menjadi sarana bagi orang tua atau pendidik untuk mengajarkan lebih jauh mengenai seni, semisal soal warna, cara melipat kertas untuk menciptakan sesuatu, menggunting dan sebagainya. "Buat mereka seni itu luar biasa menyenangkan. Kita bisa mengajarkan lebih jauh soal seni, seperti melipat, menggunting... ," kata dia.
Hanya saja, menurut Sandy, penyandang autisme cenderung sulit untuk memahami sesuatu. Dengan kata lain, mereka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami apa yang diajarkan pada mereka. Untuk ini, salah satu yang dapat orang tua atau pendidik lakukan ialah menyederhanakan bahasa.
"Bagi anak-anak penyandang autisme, pemahaman yang paling sulit. Anak saya yang sudah berusia 17 tahun (penyandang autisme) pun masih sulit untuk memahami sesuatu. Oleh karena itu, setidaknya kita harus menyederhanakan bahasa kita, ini memang sulit," kata Shandy.
"Kita enggak bisa pakai target waktu sampai mereka paham. Memasukkan sesuatu dalam konsep mereka memang butuh kesabaran luar biasa," tambah dia.
Sandy menyarankan, bagi orang tua yang anaknya merupakan penyandang autisme, sebaiknya, tidak terlalu lama larut dalam fase penolakan sehingga melewatkan masa emas anak. Hal ini, kata dia, berujung pada pengobatan yang berjalan tak maksimal.
"Dalam hidup, kita enggak bisa banyak memilih. Ada fase penolakan, itu manusiawi, tapi jangan sampai bertahun-tahun. Karena kasihan anaknya. Waktu terus berjalan, masa keemasan anak bisa hilang, sehingga hasil treatment enggak maksimal," kata dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016