Rupiah Menguat Jadi Rp12.718 per Dolar
Rabu, 17 Desember 2014 10:58 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi Rp12.718 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
"Rupiah menguat meski tipis terhadap dolar AS menyusul adanya intervensi secara intensif dari Bank Indonesia," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Ia mengemukakan Bank Indonesia juga terlihat aktif di pasar surat utang negara (SUN) sehingga yield SUN dengan tenor 10 tahun turun walaupun tipis. Dalam dua hari ini Bank Indonesia telah melakukan intervensi pasar dengan membeli obligasi senilai Rp1,7 triliun.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan rupiah mulai stabil dengan kisaran pergerakan yang mulai terbatas seiring dengan intervensi dari Bank Indonesia.
"Saat ini, sentimen yang cukup kuat didominasi dari eksternal. Perkirakan pasar bahwa Fed rate akan naik pada pertengahan tahun 2015, namun itu bisa lebih cepat jika perbaikan ekonomi di AS berkelanjutan. Kalau suku bunga di sana naik, akan membuat peluang imbal hasil di AS menjadi besar," ujarnya.
Rangga menambahkan peluang rupiah menguat kembali terhadap dolar AS terbuka menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Federal Reserve Amerika Serikat dan masih belum kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan membantu penguatan rupiah.
"Inflasi Amerika Serikat sedang ditunggu pasar, diperkirakan turun ke 1,4 persen secara tahunan," katanya.
Ia mengemukakan Bank Indonesia juga terlihat aktif di pasar surat utang negara (SUN) sehingga yield SUN dengan tenor 10 tahun turun walaupun tipis. Dalam dua hari ini Bank Indonesia telah melakukan intervensi pasar dengan membeli obligasi senilai Rp1,7 triliun.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan rupiah mulai stabil dengan kisaran pergerakan yang mulai terbatas seiring dengan intervensi dari Bank Indonesia.
"Saat ini, sentimen yang cukup kuat didominasi dari eksternal. Perkirakan pasar bahwa Fed rate akan naik pada pertengahan tahun 2015, namun itu bisa lebih cepat jika perbaikan ekonomi di AS berkelanjutan. Kalau suku bunga di sana naik, akan membuat peluang imbal hasil di AS menjadi besar," ujarnya.
Rangga menambahkan peluang rupiah menguat kembali terhadap dolar AS terbuka menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Federal Reserve Amerika Serikat dan masih belum kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan membantu penguatan rupiah.
"Inflasi Amerika Serikat sedang ditunggu pasar, diperkirakan turun ke 1,4 persen secara tahunan," katanya.
Pewarta : -
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024