Soal posisi Partai Golkar ke masa depan tidak perlu menjadi ganjalan, jika kedua kubu itu mau mencari jalan keluar secara sungguh-sungguh, ujar mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu di Jakarta, Rabu.

Pasalnya, ia menilai, pilihan Golkar bukan hanya sekadar di dalam atau di luar pemerintah, atau tetap di KMP atau di Koalisi Indonesia Hebat (KIH), karena membuatnya berpandangan terlalu sempit.

"Masih ada alternatif yang lain selain dua pilihan itu tadi, yaitu apa yang disebut dengan 'jalan ketiga'. Tidak di KIH dan tidak di KMP. Tidak bergabung dengan pemerintah dalam koalisi pendukung pemerintah, dan juga tidak menjadi oposisi di parlemen," kata Hajriyanto.

Jalan ketiga (the third way), menurut dia, adalah jalan di mana Golkar mengikuti jalan konstitusi, yaitu menaati saja apa yang diatur dalam UUD 1945, sehingga lebih bebas, leluasa untuk mengartikulasikan konsep dan pandangan politiknya.

"Golkar lebih bisa berkonsentrasi menghadapi Pemilu 2019. Golkar tidak akan mengganggu pemerintah dan pemerintah juga jangan sekali-sekali mengganggu dan merayu Golkar," katanya.

Hajriyanto menambahkan, politik harus fleksible dan tidak kaku.

"Iya, dong. Politik nggak bisa terlalu kaku dan rigid begitu. Politik apaan? Kok sedikit-sedikit permanen," katanya menambahkan.