2.500 Bayi Lahir dengan Thalasemia Mayor Tiap Tahun
Senin, 16 Februari 2015 13:46 WIB
Ilustrasi - Darah untuk penderita thalasemia mayor. (FOTO ANTARA/Eric Ireng)
"Lima dari 100 orang Indonesia itu pembawa sifat. Bila dilihat dari angka kelahiran, sekitar 2.500 orang penderita thalasemia mayor lahir per tahun," ungkap dr. Pustika Amalia, SpA(K), yang juga Kepala Divisi Hematologi lmu Kesehatan Anak, RSCM, kepada ANTARA News, di Jakarta, Minggu.
Hanya saja, lanjut dia, saat ini jumlah penderita yang terdaftar di seluruh Indonesia hanya sekitar 6.000 orang. Jumlah ini, kata dia seharusnya bisa lebih banyak mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia berada di angka 1,49 persen dengan 38 juta kelahiran pada 2014 lalu.
"Jumlah pasien thalasemia yang terdaftar di seluruh Indonesia sekitar 6.000 orang. Kalau melihat jumlahnya banyak sekali, tetapi seharusnya lebih banyak lagi," kata dia.
Menurut dr. Pustika, keterlambatan deteksi sehingga pengobatan terlambat menjadi salah satu alasan mengapa hanya sekitar 6.000 orang yang terdaftar.
Deteksi dini ini, terutama pada penderita thalasemia mayor memungkinkan mereka mendapatkan pengobatan berupa transfusi darah dan terapi kelasi besi lebih cepat sehingga meningkatkan usia harapan hidup.
"... sekarang ada yang bisa sampai usia 43 bahkan 50 tahunan. Di lihat juga treatmentnya. Kalau treatment-nya bagus bisa seperti itu, pasien yang bisa bertahan hidup lama dan kualitas hidupnya baik," kata dia.
"Kalau penderita thalasemia mayor tidak atau terlambat transfusi, meninggal," tambah dia.
Dr. Pustika menambahkan, di Pusat Thalasemia RSCM sendiri, saat ini hanya sekitar 1.700 orang yang rutin melakukan pengobatan, termasuk transfusi darah.
Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan mutasi pada gen globin alpha atau beta sehingga mengakibatkan produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak.
Hanya saja, lanjut dia, saat ini jumlah penderita yang terdaftar di seluruh Indonesia hanya sekitar 6.000 orang. Jumlah ini, kata dia seharusnya bisa lebih banyak mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia berada di angka 1,49 persen dengan 38 juta kelahiran pada 2014 lalu.
"Jumlah pasien thalasemia yang terdaftar di seluruh Indonesia sekitar 6.000 orang. Kalau melihat jumlahnya banyak sekali, tetapi seharusnya lebih banyak lagi," kata dia.
Menurut dr. Pustika, keterlambatan deteksi sehingga pengobatan terlambat menjadi salah satu alasan mengapa hanya sekitar 6.000 orang yang terdaftar.
Deteksi dini ini, terutama pada penderita thalasemia mayor memungkinkan mereka mendapatkan pengobatan berupa transfusi darah dan terapi kelasi besi lebih cepat sehingga meningkatkan usia harapan hidup.
"... sekarang ada yang bisa sampai usia 43 bahkan 50 tahunan. Di lihat juga treatmentnya. Kalau treatment-nya bagus bisa seperti itu, pasien yang bisa bertahan hidup lama dan kualitas hidupnya baik," kata dia.
"Kalau penderita thalasemia mayor tidak atau terlambat transfusi, meninggal," tambah dia.
Dr. Pustika menambahkan, di Pusat Thalasemia RSCM sendiri, saat ini hanya sekitar 1.700 orang yang rutin melakukan pengobatan, termasuk transfusi darah.
Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan mutasi pada gen globin alpha atau beta sehingga mengakibatkan produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
MPS sambut baik pengesahan obat bayi BBLR dan penyakit langka sebagai obat resmi
28 August 2024 9:18 WIB
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016