"Sekarang ini kita bisa melihat yang bertugas untuk berantas korupsi lagi gelut dhewe-dhewe (berantem sendiri). KPK gelut karo polisi, karo kejaksaan gelut. Sing seneng (yang senang) yang banyak korupsinya," kata Tjatur dalam rilisnya saat menghadiri Musyawarah Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Senin.

Lebih jauh, ia bercerita, jika selama ini upaya pemberantasan korupsi belum berjalan maksimal. Banyak kasus korupsi yang diungkap baik itu oleh KPK, Polri maupun kejaksaan hanyalah kasus-kasus kecil. Sementara, kasus-kasus korupsi besar justru tidak diusut dengan baik.

"Yang banyak korupsinya itu siapa, ini tidak ada di media massa. Kalau di media massa yang kelihatan itu yang korupsi Rp100-Rp200 juta," ujarnya.

Di sisi lain, tanpa menyebut pihak yang dimaksud, Tjatur mengatakan, ada sejumlah koruptor besar yang lolos dari pengamatan publik dan media massa. Sebaliknya, dengan kemampuan yang ia miliki, sang koruptor justru membuat media massa untuk memberitakan kinerja aparat penegak hukum yang berhasil memberantas kasus korupsi kecil.

"Dengan media massanya dia memberitakan maling-maling yang ngerampoknya 100-200 juta. Sesungguhnhya maling itu yang nyolong Rp100-Rp200 juta hingga Rp1-Rp2 miliar itu. Sedangkan yang nyolong triliunan dianggap nabi, dianggap orang baik," katanya.