Pukat: Pembiayaan Parpol Rp1 Triliun tidak Kreatif
Kamis, 12 Maret 2015 11:02 WIB
"Mari kita pilih cara yang kreatif jangan 'ujug-ujug' memberikan dana satu triliun, kita ini sekarang masih terlalu reaktif," kata Zaenal di Yogyakarta, Rabu.
Sebagaimana diketahui, usulan pembiayaan partai politik berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp1 triliun kembali mencuat ke publik setelah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membuka wacana tersebut.
Politisi asal PDI Perjuangan itu mengatakan pemberian dana Rp1 triliun untuk parpol akan meningkatkan transparansi dan demokrasi mengingat parpol wajib mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut.
Menurut Zaenal, gagasan alternatif yang muncul untuk mencari solusi pembiayaan partai justru seharusnya tidak serta merta bersandar pada Anggaran Pendapadatan dan Belanja Negara (APBN).
Partai politik, menurut dia, seharusnya didorong melakukan cara kreatif, antara lain dengan mendirikan badan usaha mandiri sebagai sumber pembiayaan operasional partai.
"Misalnya memiliki SPBU sendiri. Beberapa negara melakukan itu," kata dia.
Rencana memberikan dana besar untuk parpol, menurut Zaenal, semestinya telah didahului dengan penguatan sistem meliputi transparansi serta akuntabilitas parpol disertai dengan pembukaan akses Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Bodoh kalau memberi dana besar tidak disertai dengan tanggungjawab yang besar," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, tanpa penyaringan yang ketat pemberian dana sebesar itu juga hanya memunculkan partai-partai baru dengan pengurus parpol yang pragmatis.
Dia mengakui, hingga saat ini partai politik masih susah mendapatkan dana, karena sesuai regulasi yang ada, parpol hanya diperkenankan memungut dana dari tiga sumber, yakni iuran anggota, sumbangan yang terbatas, serta APBD sesuai jumlah perolehan suara. Namun demikian, ia mengatakan, gagasan pemberian Rp1 triliun terlalu berlebihan.
"Kalau satu partai Rp1 triliun, maka kalau partainya ada 14 bisa Rp14 triliun, Ini terlalu gegabah," kata dia.
Sebagaimana diketahui, usulan pembiayaan partai politik berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp1 triliun kembali mencuat ke publik setelah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membuka wacana tersebut.
Politisi asal PDI Perjuangan itu mengatakan pemberian dana Rp1 triliun untuk parpol akan meningkatkan transparansi dan demokrasi mengingat parpol wajib mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut.
Menurut Zaenal, gagasan alternatif yang muncul untuk mencari solusi pembiayaan partai justru seharusnya tidak serta merta bersandar pada Anggaran Pendapadatan dan Belanja Negara (APBN).
Partai politik, menurut dia, seharusnya didorong melakukan cara kreatif, antara lain dengan mendirikan badan usaha mandiri sebagai sumber pembiayaan operasional partai.
"Misalnya memiliki SPBU sendiri. Beberapa negara melakukan itu," kata dia.
Rencana memberikan dana besar untuk parpol, menurut Zaenal, semestinya telah didahului dengan penguatan sistem meliputi transparansi serta akuntabilitas parpol disertai dengan pembukaan akses Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Bodoh kalau memberi dana besar tidak disertai dengan tanggungjawab yang besar," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, tanpa penyaringan yang ketat pemberian dana sebesar itu juga hanya memunculkan partai-partai baru dengan pengurus parpol yang pragmatis.
Dia mengakui, hingga saat ini partai politik masih susah mendapatkan dana, karena sesuai regulasi yang ada, parpol hanya diperkenankan memungut dana dari tiga sumber, yakni iuran anggota, sumbangan yang terbatas, serta APBD sesuai jumlah perolehan suara. Namun demikian, ia mengatakan, gagasan pemberian Rp1 triliun terlalu berlebihan.
"Kalau satu partai Rp1 triliun, maka kalau partainya ada 14 bisa Rp14 triliun, Ini terlalu gegabah," kata dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
FIFGroup Grebeg Pasar di Kota Semarang targetkan penyaluran pembiayaan Rp3,6 Miliar
26 July 2024 19:34 WIB
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017