Petugas Posko Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Jayadi, Minggu, mengatakan, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro, mulai turun sejak pukul 07.00 WIB pagi tadi.

Ia menyebutkan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro, sempat bertahan 14,61 meter (siaga II), sejak pukul 01.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB.

"Ketinggian air di Bojonegoro, mulai turun sejak pukul 07.00 WIB. Tapi ketinggian air Bengawan Solo di Tuban, Lamongan sampai Gresik, masih naik, karena pengaruh air dari Bojonegoro," jelasnya.

Sesuai data di UPT Bengawan Solo, ketinggian air di Babat, Laren, Karanggeneng, Kuro, Lamongan, dalam waktu bersamaan, masing-masing 7,84 meter (siaga II), 5,60 meter (siaga III), 4,18 meter (siaga II) dan 1,93 meter (siaga I).

UPT juga mencatat, ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, yang semula sempat mencapai 8,20 meter (siaga III), Sabtu (4/4), berangsur-angsur surut menjadi 5,60 meter, Minggu, pukul 09.00 WIB.

"Ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, mulai turun sejak sehari lalu," katanya.

Kepala Seksi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, memperkirakan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro akan semakin turun sepanjang di daerah hulunya juga lokal hari ini tidak terjadi hujan.

Hanya saja, menurut dia, surutnya air Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik, lebih lambat, dibandingkan biasanya, karena pengaruh air laut pasang.

"Di muara Bengawan Solo baik di sudetan Plangwot-Sedayulawas, Lamongan, juga di Gresik, air laut pasang, sehingga memperlambat perjalanan air," ujarnya.

Data UPT memperlihatkan, genangan air luapan Bengawan Solo di daerah hilir, Jawa Timur, masih merendam ratusan hektare tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Rengel, Tuban, juga di Kecamatan Kanor, Baureno, Trucuk, Bojonegoro.

Selain itu, genangan air banjir di dua kabupaten itu, juga merendam ratusan pemukiman warga dan jalan desa di sejumlah lokasi.