"Sekarang ini mencari gabah sesuai dengan persyaratan inpres cukup sulit karena intensitas hujan yang tinggi sehingga kadar air pada beras juga tinggi," kata salah satu mitra kerja Bulog Ari Sulistianto saat ditemui di lokasi penggilingan gabah di Kabupaten Demak, Senin.

Menurutnya, kadar air beras yang saat ini banyak ditemui kebanyakan lebih dari 15 persen, padahal syarat dari inpres tersebut kadar air tidak boleh lebih dari 14 persen.

Oleh karena itu, hingga saat ini pihaknya baru bisa melakukan kontrak kerja sama dengan Bulog Divisi Regional Jateng sebesar 180 ton yang dibagi pada tiga pengiriman. Bahkan, pihaknya belum bisa memastikan apakah ke depan akan kembali melakukan kontrak dengan Bulog atau tidak.

"Saat ini harga beras di pasar lebih baik dibandingkan dengan harga beras yang sudah diatur dalam inpres tersebut, jadi kami banyak menjual ke pasar luar kota di antaranya Jakarta dan Lumajang," kata pemilik UD Rajawali tersebut.

Senada, mitra kerja Bulog yang lain Subur mengatakan pada musim panen kali ini pihaknya belum bisa memasukkan beras ke gudang bulog karena beras yang dikirimkan ditolak oleh Bulog akibat tidak sesuai dengan peraturan inpres.

Diakuinya, setelah dilakukan pengujian ke gudang Bulog diperoleh hasil tingkat derajat sosok atau terkelupasnya kulit ari dari beras mencapai 10 persen. Padahal, ketentuan dari inpres adalah tidak boleh lebih dari 5 persen.

Selain itu, untuk kadar air beras juga melebihi dari batas maksimal yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, pihaknya lebih memilih untuk menjual ke pasaran karena lebih mudah terjual tanpa harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

"Saya saat ini banyak memasok pasar di Jawa Barat, kalau jual ke pasar lebih mudah karena kadar airnya mencapai 16,5 persen saja mereka bisa terima," kata pemilik penggilingan gabah UD Subur Jaya tersebut.