Data BPS menunjukkan, inflasi 0,51 pada Mei lalu disertai dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 118,45, sedangkan untuk Juni yang diwarnai inflasi 0,61 persen, IHK tercatat 119,18.

"Inflasi ini salah satunya disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,83 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Rabu.

Inflasi pada Juli 2015 diperkirakan juga dalam kisaran angka Mei dan Juni karena permintaan barang dan jasa pada Juli bakal meningkat seiring dengan perayaan Idul Fitri.

Untuk komoditas pada kelompok bahan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi di antaranya daging ayam ras, beras, cabai merah, telur ayam ras, dan bensin.

"Meski demikian kenaikan harga tidak signifikan, seperti untuk komoditas beras saat ini kan mulai memasuki masa panen jadi harganya lebih terkendali," katanya.

Jika dilihat dari kota survei biaya hidup di seluruh Jateng, inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal yaitu sebesar 0,89 persen dengan IHK 116,17, diikuti oleh Kota Semarang dengan inflasi 0,64 persen dengan IHK 119,26, dan Kota Purwokerto sebesar 0,57 persen dengan IHK 117,88.

Selanjutnya untuk Kota Kudus inflasinya mencapai 0,56 persen dengan IHK 124,73, Kota Surakarta sebesar 0,53 persen dengan IHK 117,15, dan inflasi terendah terjadi di Kota Cilacap yaitu sebesar 0,43 persen dengan IHK 121,85.

Jika dibandingkan, laju inflasi tahun kalender pada bulan Juni 2015 sebesar 0,49 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan Juni tahun lalu yang mengalami inflasi sebesar 2,44 persen.

Untuk laju inflasi secara tahunan atau "year on year" bulan Juni tahun ini sebesar 6,15 persen atau lebih rendah dibandingkan bulan Juni tahun lalu yang mengalami inflasi sebesar 7,26 persen.

"Semoga ke depan tidak ada gejolak harga yang memengaruhi inflasi sehingga target pembangunan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dapat berjalan dengan baik," katanya.

Pihaknya juga berharap agar saat ini perusahaan swasta ikut terlibat untuk menekan angka inflasi di Jawa Tengah melalui kegiatan "corporate social responsibility" (CSR).

"Apalagi saat ini bersamaan dengan jelang Lebaran, perusahaan-perusahaan swasta dapat ikut menggelar pasar murah, dengan demikian dapat mencegah kenaikan harga yang berlebihan," katanya.

Sementara itu, untuk komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya deflasi di antaranya bawang merah, nangka muda, tomat sayur, sawi hijau, dan bawang putih.

"Deflasi ini terjadi akibat turunnya harga sejumlah komoditas yang sempat mengalami lonjakan salah satunya untuk komoditas bawang merah, selain produksi Jateng sudah mulai meningkat, Pemerintah juga sudah mendatangkan komoditas tersebut dari Nusa Tenggara Barat yang merupakan daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia," katanya.