Korea Selatan Sesali Penolakan Korea Utara
Senin, 20 Juli 2015 14:49 WIB
Dokumentasi Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, memandang matahari terbenam di puncak Gunung Paektu, Sabtu (18/4), dalam foto yang disiarkan Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) pada Minggu (19/4). (REUTERS/KCNA)
Pekan lalu, juru bicara parlemen Seoul Chung Ui-Hwa telah menggunakan peringatan 15 Agustus sebagai tonggak untuk menawarkan pembicaraan dengan timpalannya dari Korea Utara, Kim Yong-Nam.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Korsel meminta Pyongyang untuk menghadiri Dialog Pertahanan Seoul pada September, sebuah forum keamanan yang diikuti 30 negara termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok yang juga telah diundang.
Tapi Pyongyang menolak kedua usulan itu pada akhir pekan, dan menyebut itu sebagai upaya "tak tahu malu" untuk menyembunyikan kebijakan bermusuhan Seoul terhadap Korea Utara.
"Kami merasa sangat menyesalkan bahwa Korea Utara menolak tawaran... dan meremehkan upaya kami untuk berdialog," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Seoul, Jeong Joon-Hee.
"Kami berharap bahwa Korea Utara akan menanggapi tawaran kami untuk melakukan pembicaraan dan mengambil jalan untuk... kemajuan hubungan antar-Korea," kata Jeong kepada wartawan.
Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Korea, yang menangani hubungan lintas perbatasan, mengatakan bahwa latihan militer bersama Korea Selatan dengan pasukan Amerika Serikat awal tahun ini mengungkapkan "kemunafikan" dari tawaran perdamaian itu.
Korea Utara telah terbiasa mengecam latihan militer tahunan gabungan itu dan menyebut mereka sebagai latihan untuk perang.
Ketegangan lintas-perbatasan telah berkobar secara berkala tahun ini, dengan Korea Utara melakukan serangkaian tes rudal balistik akibat marah terhadap latihan militer itu.
Dan Pyongyang juga marah atas pembukaan kantor baru Perserikatan Bangsa Bangsa di Seoul bulan lalu yang dipergunakan untuk memantau catatan hak asasi manusia Korea Utara yang secara luas dikritik.
Ulang tahun ke 70 pembebasan dari kekuasaan Jepang tahun ini telah disebut-sebut sebagai kesempatan bagi kedua Korea, yang secara teknis masih berperang, membuat beberapa isyarat rekonsiliasi.
Tapi rencana untuk menggelar semacam perayaan bersama telah gagal terwujud.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Korsel meminta Pyongyang untuk menghadiri Dialog Pertahanan Seoul pada September, sebuah forum keamanan yang diikuti 30 negara termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok yang juga telah diundang.
Tapi Pyongyang menolak kedua usulan itu pada akhir pekan, dan menyebut itu sebagai upaya "tak tahu malu" untuk menyembunyikan kebijakan bermusuhan Seoul terhadap Korea Utara.
"Kami merasa sangat menyesalkan bahwa Korea Utara menolak tawaran... dan meremehkan upaya kami untuk berdialog," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Seoul, Jeong Joon-Hee.
"Kami berharap bahwa Korea Utara akan menanggapi tawaran kami untuk melakukan pembicaraan dan mengambil jalan untuk... kemajuan hubungan antar-Korea," kata Jeong kepada wartawan.
Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Korea, yang menangani hubungan lintas perbatasan, mengatakan bahwa latihan militer bersama Korea Selatan dengan pasukan Amerika Serikat awal tahun ini mengungkapkan "kemunafikan" dari tawaran perdamaian itu.
Korea Utara telah terbiasa mengecam latihan militer tahunan gabungan itu dan menyebut mereka sebagai latihan untuk perang.
Ketegangan lintas-perbatasan telah berkobar secara berkala tahun ini, dengan Korea Utara melakukan serangkaian tes rudal balistik akibat marah terhadap latihan militer itu.
Dan Pyongyang juga marah atas pembukaan kantor baru Perserikatan Bangsa Bangsa di Seoul bulan lalu yang dipergunakan untuk memantau catatan hak asasi manusia Korea Utara yang secara luas dikritik.
Ulang tahun ke 70 pembebasan dari kekuasaan Jepang tahun ini telah disebut-sebut sebagai kesempatan bagi kedua Korea, yang secara teknis masih berperang, membuat beberapa isyarat rekonsiliasi.
Tapi rencana untuk menggelar semacam perayaan bersama telah gagal terwujud.
Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017