Romahurmuziy: NU Harus Ayomi Semua Golongan
Sabtu, 1 Agustus 2015 15:01 WIB
M. Romahurmuziy (Romi). (ANTARA/Hafidz Mubarak A.)
"NU ke depan adalah NU yang mengayomi seluruh agama, seluruh ormas Islam, seluruh partai politik, seluruh lembaga negara, seluruh lapisan sosial masyarakat, seluruh bangsa Indonesia, dan seluruh dunia," kata Romi dalam siaran persnya, Sabtu.
Untuk itu, ia mengemukakan, pemimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke masa depan hendaknya adalah figur yang mampu berdiri di atas dan untuk semua golongan.
"Khittah NU 1926 yang ditegaskan dalam Muktamar NU di Situbondo (1984) dan Lirboyo (2009) harus teguh dijadikan pedoman untuk tidak membuat NU turun pangkat menjadi milik golongan atau kekuatan politik tertentu," katanya.
Menurut Romi, dengan besaran jumlah pengikut dan moderasinya, NU tidak sepatutnya direduksi menjadi sekadar alat, bahkan di bawah naungan (onderbouw) kekuatan politik atau golongan tertentu.
"Pemimpin NU ke depan harus mampu meletakkan dirinya imparsial dalam menjawab tantangan global, bukan mereduksi diri pada kepentingan primordial, taktis, bahkan partisan," catatnya.
Jargon Islam Nusantara yang diniatkan mewadahi moderasi dan kesemestaan hadirnya Islam, menurut dia, hendaknya merupakan cerminan ideal Islam yang merupakan salah satu pilar peradaban.
Ia menilai, hal itu angan sampai menjadi jargon yang justru ditumpangi kepentingan liberalisme, pluralisme, dan relativisme agama.
Sebagai partai politik yang dilahirkan dengan keterlibatan NU, Romi mengemukakan, PPP berharap Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, berlangsung aspiratif, sejuk, dan tertib.
Konsep pemilihan pimpinan PBNU, baik rais aam maupun ketua umum tanfidziyah, hendaknya didasarkan atas aspirasi mayoritas muktamirin atau peserta muktamar mengingat muktamar sesuai AD/ART NU, adalah forum tertinggi kedaulatan anggota.
"Pemaksaan konsep tertentu, apakah ahlul halli wal aqdi atau lainnya hanya akan menjauhkan muktamar dari semangat kedaulatan muktamirin," demikian Romahurmuziy.
Untuk itu, ia mengemukakan, pemimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke masa depan hendaknya adalah figur yang mampu berdiri di atas dan untuk semua golongan.
"Khittah NU 1926 yang ditegaskan dalam Muktamar NU di Situbondo (1984) dan Lirboyo (2009) harus teguh dijadikan pedoman untuk tidak membuat NU turun pangkat menjadi milik golongan atau kekuatan politik tertentu," katanya.
Menurut Romi, dengan besaran jumlah pengikut dan moderasinya, NU tidak sepatutnya direduksi menjadi sekadar alat, bahkan di bawah naungan (onderbouw) kekuatan politik atau golongan tertentu.
"Pemimpin NU ke depan harus mampu meletakkan dirinya imparsial dalam menjawab tantangan global, bukan mereduksi diri pada kepentingan primordial, taktis, bahkan partisan," catatnya.
Jargon Islam Nusantara yang diniatkan mewadahi moderasi dan kesemestaan hadirnya Islam, menurut dia, hendaknya merupakan cerminan ideal Islam yang merupakan salah satu pilar peradaban.
Ia menilai, hal itu angan sampai menjadi jargon yang justru ditumpangi kepentingan liberalisme, pluralisme, dan relativisme agama.
Sebagai partai politik yang dilahirkan dengan keterlibatan NU, Romi mengemukakan, PPP berharap Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, berlangsung aspiratif, sejuk, dan tertib.
Konsep pemilihan pimpinan PBNU, baik rais aam maupun ketua umum tanfidziyah, hendaknya didasarkan atas aspirasi mayoritas muktamirin atau peserta muktamar mengingat muktamar sesuai AD/ART NU, adalah forum tertinggi kedaulatan anggota.
"Pemaksaan konsep tertentu, apakah ahlul halli wal aqdi atau lainnya hanya akan menjauhkan muktamar dari semangat kedaulatan muktamirin," demikian Romahurmuziy.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017