Bambang Brodjonegoro Kritik Christine Lagarde
Rabu, 2 September 2015 17:26 WIB
Dokumentasi Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, saat memberikan kuliah umum dengan tema "Poised for Take-off-Unleashing Indonesia's Economic Potential", di Gedung Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Selasa (1/9). Dalam kuliah umumnya Laga
Brodjonegoro mengkritik saran Lagarde terkait skema kemitraan instansi pemerintah dan swasta (public-private partnership/PPP) dalam pembangunan infrastruktur.
"PPP sebagai konsep memang bagus, tetapi sulit diimplementasikan. Sangat sulit diimplementasikan. Karena, selama ini kami menciptakan konsep PPP yang terlalu ideal. Kami cukup lama mencoba, tetapi hanya sedikit cerita suksesnya," ujar Brodjonegoro, saat diskusi panel, di Jakarta, Rabu.
Selama ini, IMF dan Bank Dunia tengah gencar mengkampanyekan ke negara-negara berkembang mencari dukungan pendanaan pembangunan infrastruktur melalui konsep kemitraan pemerintah dan swasta.
Dia melanjutkan, guna menunjang pembangunan infrastruktur dikenal ada dua sumber pembiayaan, yaitu dari swasta dan pemerintah. Dalam model PPP, dana pembiayaan proyek bersumber dari kedua belah pihak.
Namun demikian, kata dia, karena kedudukan pemerintah dan swasta setara dalam proyek dengan model PPP, maka seringkali kedua belah pihak merasa lebih tinggi daripada yang lain.
"Kalau sepenuhnya proyek pembangunan infrastruktur dibiayai pemerintah, maka kami yang mengendalikan sepenuhnya. Sedangkan dalam PPP, swasta dan pemerintah berdiri sejajar. Keduanya ingin menjadi bos," kata dia.
Brodjonegoro menambahkan, pihaknya akan mengkaji lebih lanjut model PPP agar menjadi lebih praktis dan dapat diimplementasikan dengan lebih cepat ke depannya.
"Kami perlu meletakkan PPP dalam tingkat yang praktis. Bukan ideal. Harus efektif. Jika Anda mengatakan mentalitas bos, ini sesungguhnya persoalan negara berkembang, proses transisi yang harus diselesaikan," ujar dia.
"PPP sebagai konsep memang bagus, tetapi sulit diimplementasikan. Sangat sulit diimplementasikan. Karena, selama ini kami menciptakan konsep PPP yang terlalu ideal. Kami cukup lama mencoba, tetapi hanya sedikit cerita suksesnya," ujar Brodjonegoro, saat diskusi panel, di Jakarta, Rabu.
Selama ini, IMF dan Bank Dunia tengah gencar mengkampanyekan ke negara-negara berkembang mencari dukungan pendanaan pembangunan infrastruktur melalui konsep kemitraan pemerintah dan swasta.
Dia melanjutkan, guna menunjang pembangunan infrastruktur dikenal ada dua sumber pembiayaan, yaitu dari swasta dan pemerintah. Dalam model PPP, dana pembiayaan proyek bersumber dari kedua belah pihak.
Namun demikian, kata dia, karena kedudukan pemerintah dan swasta setara dalam proyek dengan model PPP, maka seringkali kedua belah pihak merasa lebih tinggi daripada yang lain.
"Kalau sepenuhnya proyek pembangunan infrastruktur dibiayai pemerintah, maka kami yang mengendalikan sepenuhnya. Sedangkan dalam PPP, swasta dan pemerintah berdiri sejajar. Keduanya ingin menjadi bos," kata dia.
Brodjonegoro menambahkan, pihaknya akan mengkaji lebih lanjut model PPP agar menjadi lebih praktis dan dapat diimplementasikan dengan lebih cepat ke depannya.
"Kami perlu meletakkan PPP dalam tingkat yang praktis. Bukan ideal. Harus efektif. Jika Anda mengatakan mentalitas bos, ini sesungguhnya persoalan negara berkembang, proses transisi yang harus diselesaikan," ujar dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Menristek: Eijkman bersiap uji kandidat bibit vaksin COVID-19 di hewan
27 October 2020 15:44 WIB, 2020
Menteri: 180 juta orang perlu vaksin COVID-19 untuk kekebalan populasi
20 October 2020 18:11 WIB, 2020
Menristek: Belum ada bukti SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G lebih ganas
02 September 2020 16:05 WIB, 2020
Minister optimistic of Red and White vaccine clinical trial commencing early 2021
26 August 2020 18:36 WIB, 2020