"Kami melihat poros maritim dan bela negara itu berkaitan dengan soft power," kata Budi Susilo Soepandji kepada wartawan usai membuka Seminar Nasional Program Pendidikan Singkat Angkatan XX di KRI Banda Aceh, Kamis.

Soft power yang dimaksudkan adalah cara negara menanamkan rasa cinta tanah air melalui diplomasi kebudayaan yang akan memudahkan penerapan program bela negara dan pemahaman poros maritim di seluruh lapisan masyarakat.

"Budaya maritim dari level pendidikan terbawah hingga teratas perlu mendapatkan perhatian dengan cara mendiplomasikan masalah maritim serta yang terkait dengan pertahanan dan keamanan negara," beber Gubernur Lemhanas itu.

Laksamana Muda TNI Aan Kurnia selaku Panglima Komando Lintas Laut Militer (Panglima Kolinlamil) pun mendukung pernyataan Gubernur Lemhanas yang mengatakan bela negara dan poros maritim bisa dibentuk dengan diplomasi budaya.

"Jadi, korelasi antara bela negara dengan poros maritim itu memang terkait dengan soft power. Misalnya, dengan melakukan diplomasi budaya sehingga terbentuknya revolusi mental di seluruh lapisan masyarakat," kata Laksamana Muda TNI Aan Kurnia yang menjadi pemimpin seminar di KRI Banda Aceh.

Ia berharap rencana poros maritim ini bisa terlaksana dalam waktu empat tahun ke depan dengan syarat adanya kesinambungan dalam kebijakan pemerintah.

"Kita harus punya tujuan yang sama dan harus ada pemahaman sama soal poros maritim," kata Aan Kurnia. "Ini tidak bisa retorika dan harus ada payung hukumnya."