"Aksi serangan teror di Paris menekan sentimen pasar uang berisiko. Hampir semua mata uang di negara berkembang Asia mengalami pelemahan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Di sisi lain, dia menjelaskan, pelaku pasar uang di dalam negeri juga sedang menanti pengumuman data neraca perdagangan Oktober 2015.

Ekonom memperkirakan ekspor dan impor Indonesia menurun selama kurun waktu itu.

"Ada sentimen risk aversion (penghindaran risiko) bagi Indonesia seiring dengan pengaruh global. Apalagi, data neraca berjalan yang telah dirilis pada akhir pekan lalu (13/11) masih berada dalam kondisi defisit," katanya.

Selain itu, ia menambahkan, minimnya petunjuk pejabat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) mengenai rencana kebijakan moneternya menambah sentimen negatif bagi pasar keuangan di negara berisiko.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan pelaku pasar uang juga sedang menanti arah kebijakan Bank Indonesia mengenai tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada Selasa (17/11).