Pemerintah Ingin Percepat Pengembangan Sel Punca
Kamis, 7 Januari 2016 11:11 WIB
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
"Ini akan benar-benar menghasilkan sumber daya manusia dengan produktivitas yang tinggi dan sehat dalam bonus demografi sampai 2030," katanya setelah mengunjungi fasilitas laboratorium Stem Cell and Cancer Institute (SCI) milik PT Kalbe Farma Tbk di Jakarta, Rabu.
Dia mendukung dibentuknya konsorsium yang melibatkan akademisi, swasta, dan 11 rumah sakit yang telah ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca oleh Kementerian Kesehatan melalui Permenkes Nomor 32 Tahun 2014.
"Konsorsium pas, sehingga ada keseimbangan antara semua peneliti, baik peneliti dari perguruan tinggi, dari swasta seperti SCI, dan dari pemerintah," ujar dia.
Ia mengaku telah meminta Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Ratna Sitompul, untuk mempertemukan seluruh peneliti sel punca dari sebelas rumah sakit.
Kesebelas rumah sakit adalah RS Ciptomangunkusumo Jakarta dan RSUD Dr Soetomo Surabaya sebagai pembina, kemudian RS Jantung Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Persahabatan, RS Kanker Darmais, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Dr Sarjito Yogyakarta, RS Dr Karyadi Semarang, RS Sanglah Bali, dan RS Dr M Djamil Padang.
"Setelah itu kita bahas untuk menekankan pada masalah yang harus kita pecahkan, dibuat clustering dari peneliti itu sendiri. Dari sana, konsorsium yang bisa menekankan siapa yang akan mengembangkan sel punca dari material apa, lalu yang lain mengembangkan dari bahan baku apa, jangan sampai semua sama sehingga tidak bervariasi," ujar dia.
Di tengah ketergantungan bahan baku obat yang mencapai 92 persen sel punca bisa menjadi kesempatan memberikan alternatif solusi kesehatan masyarakat sehingga pengembangan sel punca diharapkan bisa memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia.
Menurut Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi, sel punca adalah lompatan riset bermodal sumber daya manusia yang kuat dan teknologis.
"DRN sedang memikirkan ada sebuah konsorsium untuk mengembangkan sel punca ini. DRN akan memfasilitasi center-center yang melakukan penelitian dan pengembangan sel punca untuk menjadi konsorsium," ujar dia.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady mengatakan saat ini penelitian dan pengembangan bahan baku obat di Indonesia ketinggalan dari Tiongkok dan India karena sudah melakukan alih teknologi dari Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa bertahun-tahun lalu.
Saat ini, menurut dia, penelitian dan pengembangan sel punca sedang berkembang pesat di kedokteran dunia. "Itu menjadi alasan Kalbe membanguan fasilitas laboratorium SCI sejak 10 tahun lalu," katanya.
Dia mendukung dibentuknya konsorsium yang melibatkan akademisi, swasta, dan 11 rumah sakit yang telah ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca oleh Kementerian Kesehatan melalui Permenkes Nomor 32 Tahun 2014.
"Konsorsium pas, sehingga ada keseimbangan antara semua peneliti, baik peneliti dari perguruan tinggi, dari swasta seperti SCI, dan dari pemerintah," ujar dia.
Ia mengaku telah meminta Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Ratna Sitompul, untuk mempertemukan seluruh peneliti sel punca dari sebelas rumah sakit.
Kesebelas rumah sakit adalah RS Ciptomangunkusumo Jakarta dan RSUD Dr Soetomo Surabaya sebagai pembina, kemudian RS Jantung Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Persahabatan, RS Kanker Darmais, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Dr Sarjito Yogyakarta, RS Dr Karyadi Semarang, RS Sanglah Bali, dan RS Dr M Djamil Padang.
"Setelah itu kita bahas untuk menekankan pada masalah yang harus kita pecahkan, dibuat clustering dari peneliti itu sendiri. Dari sana, konsorsium yang bisa menekankan siapa yang akan mengembangkan sel punca dari material apa, lalu yang lain mengembangkan dari bahan baku apa, jangan sampai semua sama sehingga tidak bervariasi," ujar dia.
Di tengah ketergantungan bahan baku obat yang mencapai 92 persen sel punca bisa menjadi kesempatan memberikan alternatif solusi kesehatan masyarakat sehingga pengembangan sel punca diharapkan bisa memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia.
Menurut Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi, sel punca adalah lompatan riset bermodal sumber daya manusia yang kuat dan teknologis.
"DRN sedang memikirkan ada sebuah konsorsium untuk mengembangkan sel punca ini. DRN akan memfasilitasi center-center yang melakukan penelitian dan pengembangan sel punca untuk menjadi konsorsium," ujar dia.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady mengatakan saat ini penelitian dan pengembangan bahan baku obat di Indonesia ketinggalan dari Tiongkok dan India karena sudah melakukan alih teknologi dari Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa bertahun-tahun lalu.
Saat ini, menurut dia, penelitian dan pengembangan sel punca sedang berkembang pesat di kedokteran dunia. "Itu menjadi alasan Kalbe membanguan fasilitas laboratorium SCI sejak 10 tahun lalu," katanya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024