Logo Header Antaranews Jateng

Disnakertrans Jateng: 300 KK antre ingin jadi transmigran

Sabtu, 1 Maret 2025 17:01 WIB
Image Print
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah Ahmad Aziz. ANTARA/Zuhdiar Laeis.

Semarang (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Tengah menyebutkan setidaknya ada 300 kepala keluarga (KK) yang sudah mengantre ingin menjadi transmigran untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka secara ekonomi.

"Potensi warga Jawa Tengah yang berkeinginan bertransmigrasi itu ada 300-an -KK-," kata Kepala Disnakertrans Jateng Ahmad Aziz saat dikonfirmasi di Semarang, Sabtu.

Menurut dia, Disnakertrans Jateng juga telah mengantongi nama dan alamat warganya yang ingin pindah atau bertransmigrasi, tetapi kuota yang disediakan oleh Kementerian Transmigrasi terbatas.

Karena itu, katanya, dari 300-an KK yang tahun ini tercatat ingin berangkat transmigrasi itu tidak semuanya bisa tersalurkan menjadi transmigran di tahun 2025.

Pada 2024, ada setidaknya 16 KK warga dari Jateng yang telah dikirim berangkat transmigrasi, seperti di Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Ia menjelaskan, transmigrasi yang didambakan sebagian warga Jateng sebenarnya bukan sekadar untuk mencari penghidupan yang lebih layak, namun juga untuk membangun daerah pinggiran di Indonesia.

"Transmigrasi itu tidak hanya untuk menyejahterakan yang bersangkutan, namun juga membangun dari pinggiran, perekat NKRI, dan untuk memotivasi daerah tujuan," katanya.

Sebab, katanya, dengan kehadiran warga Jateng ke daerah tujuan transmigrasi maka lahan yang awalnya menganggur bisa terkelola dengan baik.

"Ketika ada warga Jateng yang transmigrasi, mereka mengelola tanah di sana dengan tekun dan baik. Akhirnya, warga asli turut bahagia. Ada akulturasi budaya, adat istiadat yang mempererat NKRI dengan membangun daerah pinggiran," katanya.

Berdasarkan data Disnakertrans Jateng, ada sejumlah daerah yang menjadi tujuan transmigran asal Jateng, yakni terbanyak di Mamuju (Sulawesi Barat), Lamandau di Kalimantan Tengah, serta Sijunjung di Sumatera Barat.

"Kebanyakan profesinya petani, sesuai dengan potensi yang ada di sana. Bisa -petani- padi, bisa petani sawit, sesuai dengan potensi yang di sana. Bahkan, di Lamandau itu bergeser kopi," katanya.

Aziz mengungkapkan bahwa proses transmigrasi melewati beberapa tahapan penting yang harus dipenuhi.

Kabupaten/kota yang memiliki lahan harus mengajukan permohonan agar tanah tersebut menjadi lokasi transmigrasi, dan fasilitas penunjang juga diperhitungkan.



Baca juga: Kasus kredit fiktif Rp15,9 miliar, Kejari Semarang tahan DK

Pewarta :
Editor: Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025