KH Maman Nilai Gafatar Bisa Mengancam Perdamaian dan Persatuan Indonesia
Rabu, 13 Januari 2016 10:43 WIB
Paham itu teridentifikasi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dan keberadaannya mengancam perdamaian dan persatuan di Indonesia, kata Maman di Jakarta, Selasa.
"Upaya pencegahan paham radikalisme dan mengarah pada pecah belah bangsa Indonesia harus lebih masif dan intensif. Jika tidak, ancaman ISIS dan organisasi seperti Gafatar ini akan terus muncul," kata anggota Fraksi PKB itu.
Menurut Maman, organisasi seperti Gafatar akan terus muncul bila pemahaman tentang prinsip keagamaan, kebangsaan, dan kenegaraan belum dipahami secara komprehensif oleh seluruh masyarakat. Hal itu memungkinkan selalu ada sekelompok orang yang secara ilusif mencoba membangun sistem di dalam sistem.
"Ini jadi tugas besar negara dan ormas keagamaan untuk memberi pemahaman kepada warga negara melalui civic education' dan agama yang bernilai nasionalisme," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, banyaknya patologi sosial di tengah masyarakat berupa ketimpangan sosial, ketidakadilan hukum serta kehancuran moralitas di tengah masyarakat terutama oleh penyelenggara pemerintahan, memunculkan kekecewaan dan keinginan untuk merebutnya dari mereka.
"Yang pasti adanya orang-orang yang sedang bermasalah, galau, gelisah yang secara personal mencoba mencari solusi sendiri. Ini yang menjadi sasaran empuk untuk direkrut paham radikalisme dan organisasi seperti Gafatar ini," katanya.
Untuk itu, lanjut Maman, harus ada kontra-intelijen dan propaganda dari pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), untuk memberikan peringatan kepada kelompok-kelompok radikal dan organisasi menyimpang seperti Gafatar agar tidak bisa berkembang.
Dari informasi kepolisian, Gafatar terindikasi merupakan pecahan Al Qiyadah Al Islamiah yang dahulu dipimpin Ahmad Musadeq. Mereka merekrut aktivis dan mantan aktivis, serta profesional muda yang pengetahuan agamanya pas-pasan.
Gafatar disebut-sebut terkait dengan "hilangnya" sejumlah orang, termasuk dokter Rica dan anaknya dari Yogyakarta sejak 30 Desember 2015 dan baru "ditemukan" di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin (11/1).
"Upaya pencegahan paham radikalisme dan mengarah pada pecah belah bangsa Indonesia harus lebih masif dan intensif. Jika tidak, ancaman ISIS dan organisasi seperti Gafatar ini akan terus muncul," kata anggota Fraksi PKB itu.
Menurut Maman, organisasi seperti Gafatar akan terus muncul bila pemahaman tentang prinsip keagamaan, kebangsaan, dan kenegaraan belum dipahami secara komprehensif oleh seluruh masyarakat. Hal itu memungkinkan selalu ada sekelompok orang yang secara ilusif mencoba membangun sistem di dalam sistem.
"Ini jadi tugas besar negara dan ormas keagamaan untuk memberi pemahaman kepada warga negara melalui civic education' dan agama yang bernilai nasionalisme," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, banyaknya patologi sosial di tengah masyarakat berupa ketimpangan sosial, ketidakadilan hukum serta kehancuran moralitas di tengah masyarakat terutama oleh penyelenggara pemerintahan, memunculkan kekecewaan dan keinginan untuk merebutnya dari mereka.
"Yang pasti adanya orang-orang yang sedang bermasalah, galau, gelisah yang secara personal mencoba mencari solusi sendiri. Ini yang menjadi sasaran empuk untuk direkrut paham radikalisme dan organisasi seperti Gafatar ini," katanya.
Untuk itu, lanjut Maman, harus ada kontra-intelijen dan propaganda dari pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), untuk memberikan peringatan kepada kelompok-kelompok radikal dan organisasi menyimpang seperti Gafatar agar tidak bisa berkembang.
Dari informasi kepolisian, Gafatar terindikasi merupakan pecahan Al Qiyadah Al Islamiah yang dahulu dipimpin Ahmad Musadeq. Mereka merekrut aktivis dan mantan aktivis, serta profesional muda yang pengetahuan agamanya pas-pasan.
Gafatar disebut-sebut terkait dengan "hilangnya" sejumlah orang, termasuk dokter Rica dan anaknya dari Yogyakarta sejak 30 Desember 2015 dan baru "ditemukan" di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin (11/1).
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Arky dan Maman dari Jateng raih penghargaan Satu Indonesia Awards Astra 2021
28 October 2021 17:33 WIB, 2021
Maman: Majalengka Darurat Teroris, Banyak yang Tertangkap Asal Daerah ini
19 September 2017 11:14 WIB, 2017
KH Maman: Pendekatan Soft Power Harus Lebih Dikedepankan Cegah Terorisme
29 September 2015 16:35 WIB, 2015
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017