"Salah satunya kami sedang mengembangkan budidaya ikan nila salina. Nila biasanya dipelihara di air tawar, tetapi untuk nila salina ini dipelihara di air laut," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, dengan dipelihara di air laut kualitas ikan tersebut menyerupai ikan kakap. Dengan begitu, harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan biasa.
Sebagai perbandingan jika ikan nila air tawar harganya sekitar Rp18 ribu/kg untuk ikan nila air laut harganya bisa mencapai Rp45 ribu/kg.
"Dengan adanya rekayasa genetik tersebut artinya pendapatan petani semakin tinggi," katanya.
Untuk penerapan yang lain adalah sapi Sumba dan Bali. Jika biasanya, satu ekor sapi lokal dari daerah tersebut beratnya sekitar 250 kg, dengan adanya rekayasa genetik tersebut beratnya bisa sampai 550 kg/ekor.
"Orang selama ini bangga dengan sapi Australia, tetapi ternyata dengan dilakukannya rekayasa genetik, sapi lokal tidak kalah kualitasnya," katanya.
Terkait dengan penerapan program tersebut di Jawa Tengah, dalam waktu dekat ini pihaknya akan bekerja sama dengan Kabupaten Kudus. Diharapkan, dengan adanya penerapan program tersebut peternak-peternak lokal dapat semakin sejahtera.
Pihaknya berharap, program-program semacam itu dapat terus didorong secara riil dan bukan hanya melalui wacana.
"Dalam hal ini kami berupaya untuk melakukan inkubasi ke kabupaten-kabupaten yang ada di Indonesia. Dengan begitu manfaat dapat dirasakan oleh seluruh pihak," katanya.
Pihaknya juga berharap adanya pendampingan dari pihak perbankan khususnya dari sisi pembiayaan untuk permodalan.
Rekayasa Genetik Tingkatkan Pendapatan Petani
Senin, 18 Januari 2016 16:13 WIB
Ilustrasi (ANTARA Foto/Dedhez Anggara)
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
WHO: Vaksin COVID-19 diuji coba 60 hari setelah China berbagi data genetik
19 March 2020 15:01 WIB, 2020
GB7 Diharapkan Hasilkan Rumusan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan dan Pertenian
31 October 2017 12:11 WIB, 2017