Jimly Ingin ICMI Jembatani Dialog Lintasbudaya
Minggu, 31 Januari 2016 8:09 WIB
Jimly Asshiddiqie (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
"Masyarakat kita sekarang sangat fragmentatif, kita tidak lagi bercampur dan membaur. Jangankan antarumat beragama," kata Jimly selepas Pelantikan Pengurus Majelis Sinergi Kalam IMCI di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Sabtu.
Jimly menilai fragmentasi di masyarakat Indonesia semakin kentara, misalnya anggota atau simpatisan Nahdlatul Ulama hanya bergaul dengan sesama mereka saja, demikian juga di antara anggota atau simpatisan ormas lain seperti Muhammadiyah.
Ia menganalogikan masyarakat Indonesia kini selaiknya orang-orang yang tergabung dalam grup pembicaraan aplikasi pengantar pesan, WhatsApp, yang di grup pertama meyakini kebenaran A, sementara di grup kedua kebenaran adalah B, demikian seterusnya.
"Setiap hari mereka membagikan terus menerus persepsi itu, sehingga terciptalah berbagai kebenaran," ujarnya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah yang bisa menerobos kungkungan fragmentasi tersebut dan menjembatanu satu sama lain.
"ICMI harus dengan sengaja mendorong terjadinya pembauran," katanya.
Ia menambahkan, "saya harapkan demikian kuga para para tokoh muslim dan kaun muslimin mau bergaul. Jangan hanya menikmati kebenaran dalam ruangnya sendiri,".
Lebih jauh lagi, Jimly bahkan mencetuskan gagasan adanya pemberian intensif bagi para pelaku perkawinan lintasbudaya di Indonesia.
"Misalnya orang Papua menikah dengan orang Manado atau orang Aceh menikah dengan orang Jawa, itu diberi insentif. Sehingga terbentuk satu generasi baru yang di dalamnya orang Aceh tak menganggap orang Jawa sebagai penjajah selaiknya stigma yang masih bertahan saat ini," pungkasnya.
Jimly menilai fragmentasi di masyarakat Indonesia semakin kentara, misalnya anggota atau simpatisan Nahdlatul Ulama hanya bergaul dengan sesama mereka saja, demikian juga di antara anggota atau simpatisan ormas lain seperti Muhammadiyah.
Ia menganalogikan masyarakat Indonesia kini selaiknya orang-orang yang tergabung dalam grup pembicaraan aplikasi pengantar pesan, WhatsApp, yang di grup pertama meyakini kebenaran A, sementara di grup kedua kebenaran adalah B, demikian seterusnya.
"Setiap hari mereka membagikan terus menerus persepsi itu, sehingga terciptalah berbagai kebenaran," ujarnya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah yang bisa menerobos kungkungan fragmentasi tersebut dan menjembatanu satu sama lain.
"ICMI harus dengan sengaja mendorong terjadinya pembauran," katanya.
Ia menambahkan, "saya harapkan demikian kuga para para tokoh muslim dan kaun muslimin mau bergaul. Jangan hanya menikmati kebenaran dalam ruangnya sendiri,".
Lebih jauh lagi, Jimly bahkan mencetuskan gagasan adanya pemberian intensif bagi para pelaku perkawinan lintasbudaya di Indonesia.
"Misalnya orang Papua menikah dengan orang Manado atau orang Aceh menikah dengan orang Jawa, itu diberi insentif. Sehingga terbentuk satu generasi baru yang di dalamnya orang Aceh tak menganggap orang Jawa sebagai penjajah selaiknya stigma yang masih bertahan saat ini," pungkasnya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017