Para Dokter Lakukan Transplantasi Rahim Pertama di Amerika Serikat
Senin, 29 Februari 2016 8:44 WIB
Para dokter di Cleveland Clinic, Amerika Serikat, melakukan operasi transplantasi rahim pada seorang pasien berumur 26 tahun pada Rabu (24/2). (Cleveland Clinic)
Pasien berusia 26 tahun, yang identitasnya tidak diungkap ke publik, dalam keadaan stabil setelah menjalani operasi pencangkokan yang berlangsung sembilan jam pada Rabu menurut pernyataan Cleveland Clinic yang dikutip kantor berita Xinhua pada Jumat (26/2).
Rumah sakit menyatakan akan melakukan operasi pencangkokan pada total sepuluh perempuan dengan rahim tidak subur, yang artinya mereka lahir tanpa rahim atau menderita kerusakan rahim yang tidak bisa dipulihkan.
Faktor infertilitas rahim mempengaruhi tiga sampai lima persen perempuan di seluruh dunia dan transplantasi rahim, yang dinilai masih sangat eksperimental, menawarkan peluang untuk hamil bagi perempuan-perempuan tersebut.
Dalam pernyataannya pada Jumat, Owen Davis, Presiden American Society for Reproductive Medicine, menyebut pencangkokan rahim "secara ilmiah, pembedahan maupun etik rumit."
"Prosedur ini menawarkan jalur lain untuk membangun keluarga bagi perempuan yang lahir tanpa uterus atau yang rahimnya diangkat," kata Davis.
"Sayangnya, beberapa perempuan hidup dalam wilayah hukum yang pemerintahnya tidak akan mengizinkan penggunaan pembawa kehamilan. Pencangkokan rahim memungkinkan perempuan-perempuan ini memiliki anak."
Tahun 2014 untuk pertama kalinya satu bayi lahir dari penerima cangkok rahim di Swedia.
Kelompok Swedia yang ada di balik prosedur itu telah menjalankan sembilan transplantasi rahim, yang kemudian membuahkan lima kehamilan dan empat kelahiran hidup menurut Cleveland Clinic.
Rumah sakit menyatakan akan melakukan operasi pencangkokan pada total sepuluh perempuan dengan rahim tidak subur, yang artinya mereka lahir tanpa rahim atau menderita kerusakan rahim yang tidak bisa dipulihkan.
Faktor infertilitas rahim mempengaruhi tiga sampai lima persen perempuan di seluruh dunia dan transplantasi rahim, yang dinilai masih sangat eksperimental, menawarkan peluang untuk hamil bagi perempuan-perempuan tersebut.
Dalam pernyataannya pada Jumat, Owen Davis, Presiden American Society for Reproductive Medicine, menyebut pencangkokan rahim "secara ilmiah, pembedahan maupun etik rumit."
"Prosedur ini menawarkan jalur lain untuk membangun keluarga bagi perempuan yang lahir tanpa uterus atau yang rahimnya diangkat," kata Davis.
"Sayangnya, beberapa perempuan hidup dalam wilayah hukum yang pemerintahnya tidak akan mengizinkan penggunaan pembawa kehamilan. Pencangkokan rahim memungkinkan perempuan-perempuan ini memiliki anak."
Tahun 2014 untuk pertama kalinya satu bayi lahir dari penerima cangkok rahim di Swedia.
Kelompok Swedia yang ada di balik prosedur itu telah menjalankan sembilan transplantasi rahim, yang kemudian membuahkan lima kehamilan dan empat kelahiran hidup menurut Cleveland Clinic.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pemerintah lengkapi dokter ahli di Emirates Indonesia Cardiology Hospital Solo
23 November 2024 17:50 WIB
Investigasi perundungan mahasiswi PPDS Undip, Kemenkes-RSUP dr Kariadi ikut bertanggung jawab
08 September 2024 16:31 WIB
Dokter kecantikan asal Solo sebut kulit kering banyak dikeluhkan saat kemarau
07 September 2024 22:19 WIB
Mantan Ketua IDI pertanyakan penghentian aktivitas klinis Dekan FK Undip
03 September 2024 14:33 WIB