Rupiah Menguat Menjadi Rp13.354 per Dolar
Selasa, 1 Maret 2016 11:17 WIB
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi tercatat Rp13.354 per dolar AS.(ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
"Fluktuasi harga minyak yang stabil menyediakan optimisme di pasar keuangan negara-negara kawasan Asia, termasuk Indonesia," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pagi ini berada di level 33,59 dolar AS per barel dan Brent Crude di posisi 36,35 dolar AS per barel.
Ia mengatakan rupiah hari ini bisa melanjutkan tren penguatannya seiring dengan harga minyak mentah dunia yang cenderung stabil di atas level 30 dolar AS per barel.
Kendati demikian, kata dia, pergerakan rupiah berpotensi tertahan jika angka inflasi Februari naik dan situasi itu dapat memangkas harapan pasar mengenai potensi penurunan tigkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus mengatakan indeks aktivitas manufaktur dari beberapa negara akan dirilis pekan ini dan data-data itu dapat memberikan gambaran kesehatan perekonomian global.
"Diharapkan data manufaktur yang akan dirilis oleh negara-negara itu menggambarkan perbaikan ekonomi global sehingga akhirnya menjaga pertumbuhan di negara-negara berkembang sehingga dapat menjaga stabilitas mata uang," katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pagi ini berada di level 33,59 dolar AS per barel dan Brent Crude di posisi 36,35 dolar AS per barel.
Ia mengatakan rupiah hari ini bisa melanjutkan tren penguatannya seiring dengan harga minyak mentah dunia yang cenderung stabil di atas level 30 dolar AS per barel.
Kendati demikian, kata dia, pergerakan rupiah berpotensi tertahan jika angka inflasi Februari naik dan situasi itu dapat memangkas harapan pasar mengenai potensi penurunan tigkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus mengatakan indeks aktivitas manufaktur dari beberapa negara akan dirilis pekan ini dan data-data itu dapat memberikan gambaran kesehatan perekonomian global.
"Diharapkan data manufaktur yang akan dirilis oleh negara-negara itu menggambarkan perbaikan ekonomi global sehingga akhirnya menjaga pertumbuhan di negara-negara berkembang sehingga dapat menjaga stabilitas mata uang," katanya.
Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024