"Kami percaya dan yakin bahwa solusi untuk masalah Palestina dapat diraih melalui solusi yang komprehensif dan berlaku jangka panjang, yakni two state solution antara Palestina dan Israel," kata Galuzin dalam wawancara eksklusif dengan Antara di Jakarta, Minggu.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) ke-5 di Jakarta, pada 6-7 Maret, Dubes Galuzin mewakili Rusia sebagai negara peninjau OKI, anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan anggota kelompok Kuartet Negosiasi Palestina-Israel.

Terkait ketidakhadiran Presiden Rusia Vladimir Putin, Dubes Galuzin mengatakan dengan sangat menyesal pemimpin negara Beruang Merah tersebut tidak dapat hadir karena ada agenda yang sudah direncanakan sebelumnya.

"Kami sangat berterima kasih atas undangan Indonesia, dan saya akan melakukan yang terbaik untuk mewakili Rusia dalam pertemuan yang sangat penting untuk membahas solusi bagi masalah Palestina ini," kata dia.

Rusia merupakan salah satu dari 137 negara yang telah mengakui kemerdekaan Palestina dan telah memiliki hubungan diplomatik dengan negara yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas tersebut.

"Rusia mengakui pemerintahan otonomi Palestina dan Kedutaan Besar Palestina sudah ada di Moskow," kata Dubes galuzin.

KTT LB OKI ke-5 tentang Palestina dan Al Quds (Yerusalem) akan menghasilkan dua dokumen, yakni Resolusi KTT LB OKI tentang Palestina dan Al Quds serta Deklarasi Jakarta tentang penegasan kembali sikap OKI yang mendukung kemerdekaan Palestina.

Indonesia menjadi tuan rumah KTT LB OKI ke-5 tentang Palestina dan Al Quds yang dihadiri 47 negara dari 56 negara anggota OKI, dua negara peninjau dan lima perwakilan negara anggota Dewan Keamanan Tetap PBB, serta utusan khusus PBB dalam Kuartet Negosiasi Palestina-Israel.