Pimpinan Gontor tidak Ingin Pondok Pesantren Menjadi Korban Teroris
Kamis, 10 Maret 2016 13:26 WIB
"Pondok pesantren bukan tempat teroris. Justru umat Islam sedang diteror, termasuk pondok pesantren," ujarnya setelah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis.
Bahkan pihaknya tidak menginginkan pondok pesantren menjadi korban teroris. "Ada umat Islam yang meneror pondok pesantren. Tapi jangan sampai kita yang kena teror," katanya didampingi salah satu anggota Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor Din Syamsuddin itu.
Terkait pertemuan di Kantor Wapres tersebut, Kiai Hasan mendengarkan banyak cerita dari Wapres tentang peran pondok pesantren dalam pembangunan karakter bangsa.
"Bahkan beliau juga membina beberapa pondok pesantren milik Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Menurut beliau, memang pondok pesantren perlu pembinaan," ujarnya.
Mengutip pernyataan Wapres, dia mengemukakan bahwa pondok pesantren harus dapat membina dan memberdayakan perekonomian umat sehingga menjadi tuan rumah perekonomian sendiri.
Kiai Hasan mengemukakan, Pondok Pesantren Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memiliki banyak alumni, baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain memiliki 23 unit Pondok Pesantren Cabang Gontor dengan jumlah santri mencapai 24 ribu orang putra dan putri, para alumninya juga mendirikan 380 unit pondok pesantren.
"Alumni kami juga mendirikan pondok pesantren di Thailand. Di Singapura juga akan didirikan. Di Malaysia tidak dapat dilanjutkan karena suasananya berbeda dengan di Indonesia," kata Kiai Hasan.
Sementara, ketika ditanya kemungkinan ada santri yang menggunakan narkoba, ia mengatakan Gontor bersih dari obat-obatan terlarang.
"Jangan narkoba, di Gontor rokok saja dilarang. Insya Allah tidak ada santri yang menggunakan narkoba. Di sana ada pengecekan setahun empat kali, lemari-lemari santri digeledah. Tidak ada ditemukan narkoba."
Menurut dia, Gontor memiliki sistem pendidikan tersendiri. "Kami jalankan bertahun-tahun dan akhirnya banyak yang tiru," ujar Kiai Hasan mengenai sistem pendidikan pondok pesantren modern pertama di Indonesia itu.
Sebelumnya Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay mendesak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap 19 nama pondok pesantren yang terindikasi sarat dengan aktivitas radikalisme.
"Pengungkapan nama-nama pondok pesantren tersebut dinilai penting agar tidak menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama orang tua yang mengirimkan anaknya belajar," katanya.
Bahkan pihaknya tidak menginginkan pondok pesantren menjadi korban teroris. "Ada umat Islam yang meneror pondok pesantren. Tapi jangan sampai kita yang kena teror," katanya didampingi salah satu anggota Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor Din Syamsuddin itu.
Terkait pertemuan di Kantor Wapres tersebut, Kiai Hasan mendengarkan banyak cerita dari Wapres tentang peran pondok pesantren dalam pembangunan karakter bangsa.
"Bahkan beliau juga membina beberapa pondok pesantren milik Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Menurut beliau, memang pondok pesantren perlu pembinaan," ujarnya.
Mengutip pernyataan Wapres, dia mengemukakan bahwa pondok pesantren harus dapat membina dan memberdayakan perekonomian umat sehingga menjadi tuan rumah perekonomian sendiri.
Kiai Hasan mengemukakan, Pondok Pesantren Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memiliki banyak alumni, baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain memiliki 23 unit Pondok Pesantren Cabang Gontor dengan jumlah santri mencapai 24 ribu orang putra dan putri, para alumninya juga mendirikan 380 unit pondok pesantren.
"Alumni kami juga mendirikan pondok pesantren di Thailand. Di Singapura juga akan didirikan. Di Malaysia tidak dapat dilanjutkan karena suasananya berbeda dengan di Indonesia," kata Kiai Hasan.
Sementara, ketika ditanya kemungkinan ada santri yang menggunakan narkoba, ia mengatakan Gontor bersih dari obat-obatan terlarang.
"Jangan narkoba, di Gontor rokok saja dilarang. Insya Allah tidak ada santri yang menggunakan narkoba. Di sana ada pengecekan setahun empat kali, lemari-lemari santri digeledah. Tidak ada ditemukan narkoba."
Menurut dia, Gontor memiliki sistem pendidikan tersendiri. "Kami jalankan bertahun-tahun dan akhirnya banyak yang tiru," ujar Kiai Hasan mengenai sistem pendidikan pondok pesantren modern pertama di Indonesia itu.
Sebelumnya Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay mendesak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap 19 nama pondok pesantren yang terindikasi sarat dengan aktivitas radikalisme.
"Pengungkapan nama-nama pondok pesantren tersebut dinilai penting agar tidak menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama orang tua yang mengirimkan anaknya belajar," katanya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo jelaskan kasus laka bus masuk jurang
04 May 2023 14:44 WIB, 2023
Presiden: Alumni Pondok Gontor Bisa Bersaing, Lahirkan Tokoh Nasional
19 September 2016 14:27 WIB, 2016
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017