Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis di bawah harapan pasar menjadi salah stau faktor yang menekan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.

"Diumumkannya data pendapatan dan belanja personal Amerika Serikat yang di bawah harapan menahan laju tren penguatan dolar AS semenjak pekan lalu. Personal income masyarakat Amerika Serikat secara tahunan menurun ke 0,2 persen dari 0,5 persen," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, akan diumumkannya paket kebijakan ekonomi XI serta pemangkasan harga bahan bakar minayk (BBM) juga menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik.

Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar aung di dalam negeri diharapkan tetap waspada menjelang pengumuman data inflasi Maret 2016 yang sedianya akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal April nanti yang diperkirakan naik.

Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus mengatakan bahwa setelah terus mengalami penguatan di sepanjang pekan lalu, dolar AS akhirnya melemah menyusul kenaikan inflasi inti AS yang lebih rendah dari estimasi yang sebesar 0,2 persen.

Ia menambahkan bahwa data selanjutnya yang sedang diantisipasi pasar keuangan global, termasuk Indonesia yakni data konsumen AS, jika dirilis sesuai perkiraan atau lebih tinggi, tentunya akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS.